Sebagai seorang anak, wajar jika Jani merengek minta dibelikan sepatu yang diidamkan tapi itu tidak dilakukan Jani. Ia membantu ibunya mencari uang dengan cara berjualan nanas di sekolahnya. Hidup yang kekurangan membuat ibu Rubiah terpaksa merelakan anak perempuannya untuk tinggal bersama salah seorang saudaranya.
Lagi-lagi hidup terpisah dengan adik kesayangannya tak membuat Jani sedih karena life must go on... hidup harus terus berjalan. Tubuh kecil Jani harus bermandi asap hitam saat ia dan kakaknya bekerja di pabrik pengolahan arang.
Tak terasa, Jani lulus sekolah dasar dengan nilai cemerlang. Jani memang anak yang pintar walaupun di kelas sering tidur saat guru sedang sibuk menerangkan pelajaran. Setelah menolak permintaan saudaranya yang ingin membawanya ke Kuala Lumpur, Jani mengutarakan niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke PGA (Pendidikan Guru Agama) di Tanjung Pinang.
Ibu Rubiah tentu tak langsung mengiyakan permintaan anaknya. Tanjung Pinang itu jauh, harus menyebrang lautan lepas dan transportasi yang mereka punya hanya sampan peninggalan ayahnya. Ekspresi ibu yang khawatir sangat apik dimainkan oleh Ananda Lontoh.
Maka berangkatlah Jani dan sang Kakak ke Tanjung Pinang. Berdua mereka bergantian mendayung sampan ke kota yang tak pernah mereka datangi sebelumnya. Anak-anak sekolah sebaiknya menonton film ini agar mereka tahu bahwa masih ada anak-anak yang menempuh perjalanan sangat sulit demi mendapat pendidikan jadi mereka menghargai yang namanya "belajar".
Bagaimana perjalanan Jani dan sang kakak? Sampaikah mereka ke Tanjung Pinang? Bisakah Jani bersekolah di PGA impiannya? Silakan dilihat langsung ya di film yang akan tayang 18 Agustus 2016 di bioskop ini jangan lupa... bawalah adik atau anak Anda serta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H