Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kain Tenun Flores dan Cerita Mama Margaretha

25 Mei 2016   16:09 Diperbarui: 25 Mei 2016   17:27 2002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi kain tenun Flores (dok.yayat)

Cara membedakan kain yang menggunakan pewarna alam dan pewarna kimia sangat mudah, lihat saja dari warnanya. Jika warna kain sangat terang dan cerah maka itu pewarna kimia karena kain yang menggunakan pewarna alami warnanya tidak secerah kain dengan pewarna buatan. Penampakannya seperti kain yang sudah lama.

Mumpung ada di tempat pembuat kain tenun, nggak sah rasanya kalau tidak belanja. Pondok Ago Lewo, tempat perkumpulan penenun di desa ini memang punya banyak stock kain tenun. Teman-teman memborong aneka kain tenun ini dan harganya bisa nego lho. Kain dengan harga tiga ratus ribu rupiah bisa dibeli dengan setengah harga. Murah bangetkan.

Sebenernya nggak tega juga kain tenun yang proses pembuatannya lama dan makan waktu serta tenaga karena ditenun secara manual dibeli dengan harga semurah itu. Kebayang capeknya menenun... tapi yang namanya perempuan... nggak afdol kalo belanja tanpa nawar. Membeli barang bagus dengan harga murah adalah kepuasan tersendiri bagi seorang perempuan. 

Koleksi kain tenun Flores (dok.yayat)
Koleksi kain tenun Flores (dok.yayat)
Di masa depan, sepertinya penenun kain Flores semacam mama Margaretha dan teman-temannya akan berkurang jumlahnya. Karena gadis-gadis Flores masa kini tidak semuanya telaten menenun. Mereka lebih memilih bekerja di pabrik atau menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri. Menenun itu susah, repot sekali dan lama... begitu kata mama Margaretha mengulang ucapan gadis-gadis yang diajari menenun. Mama Margaretha cuma punya satu anak gadis yang bisa melanjutkan usahanya menenun. Jika kondisinya seperti ini.. maka satu saat mungkin kain tenun semuanya akan ditenun secara mesin dan tak lagi ditenun manual seperti yang dialami oleh batik Jawa. 

Aneka motif tenun Flores di Hotel Aston Kupang (dok.yayat)
Aneka motif tenun Flores di Hotel Aston Kupang (dok.yayat)
Tulisan saya tentang Kompasiana Tour De Flores :

Panasnya Kupang, segarnya ikan asam pedas 

Tour De Flores dibuka, larantuka berpesta 

Pelepasan peserta Tour De Flores, saat atlit jadi artis 

Blusukan ke Danau Asmara, inilah kehiduupan Flores yang sebenarnya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun