Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nostalgia Seharga Sepuluh Ribu di FKN 2016

27 April 2016   15:37 Diperbarui: 28 April 2016   09:28 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wedan uwuh (dok.yayat)

Siang itu hati saya melow, kalo nggak nahan emosi mungkin saya udah mbrebes mili (nangis). Kenapakah nyonya Vale jadi melow? Saya melow gara-gara segelas Wedang Uwuh. Ingatan saya melayang saat saya meminum Wedang Uwuh panas yang nikmatnya tak terkira dua tahun lalu, di lesehan pinggir jalan Malioboro Jogjakarta. 

Wedang Uwuh mengingatkan saya bahwa saya sudah dua tahun nggak pulang kampung, menyambangi ayah saya di Jogja sana, biasanya saya selalu pulang kampung tiap tahun saat lebaran. Tahun lalu saya absen mudik. Pedasnya Wedang Uwuh seharga sepuluh ribu membuat mata saya pedas juga.

vale2-572117ff779773de0b245a3d.jpg
vale2-572117ff779773de0b245a3d.jpg
abon nangka (dok.yayat)

Wedang Uwuh merupakan salah satu jenis minuman khas yang dijual di Festival Kuliner Nusantara 2016. Festival Kuliner Nusantara 2016 diadakan tanggal 15-16 April di Mal Artha Gading Jakarta. Saya berkesempatan datang ke sana hari Sabtu, 16 April bersama teman-teman dari KPK, Komunitas Penggila Kuliner. 

Sungguh saya senang datang ke acara seperti ini karena makanan dan minuman khas dari daerah-daerah di Nusantara di jual di sini. Kalau Anda nggak mau beli nggak apa-apa, icip-icip gratis disediakan di seluruh stand peserta yang ada.

vale3-5721184a0d9773d70b9f6cde.jpg
vale3-5721184a0d9773d70b9f6cde.jpg
Bandeng khas Banten (dok.yayat)

Setelah seluruh peserta Grebek KPK 22 berkumpul, kami langsung menyambangi stand-stand yang ada di sana. Cari tau makanan khas daerahnya dan nggak lupa icip-icip. Stand provinsi Banten merupakan salah satu stand dengan isi paling banyak. Ada rak penuh berisi makanan kering yang bisa dibeli untuk oleh-oleh. 

Di atas meja-mejanya disajikan makanan khas Banten, ada Bandeng, dodol dan lain-lain. Barisan botol berisi air berwarna orange menyita perhatian saya. Itu apa? Ternyata itu botol itu berisi sirup belimbing wuluh. Asem dong? Nggak pemirsa, sirup belimbing wuluh ini manis dan segar tapi rasa asemnya tetep ada.

vale4-572118612f7a61890bb2e6b0.jpg
vale4-572118612f7a61890bb2e6b0.jpg
sirup belimbing wuluh

Saya menyambangi stand selanjutnya yang memajang aneka sambal. Per toples kecil sambal dijual dua puluh ribu rupiah. Lalu stand dari Ambon menjadi tujuan saya kemudian. Stand Ambon ini selalu ramai. Kompasiner mbak Sita kepingin banget mencoba papeda yang dijual di stand ini. 

Papeda sedang dibuat oleh penjaga stand. Papeda ini terbuat dari sagu, dimakan dengan sayur khas Ambon. Ada sayur kuah kuning dan ikan buat pelengkap. Saya mencicipi Papeda yang dibeli mbak Sita. Papeda terasa manis dengan sayur khas Ambon yang royal dengan bumbu. Cocok di lidah saya.

vale5-5721186f779773900b245a4a.jpg
vale5-5721186f779773900b245a4a.jpg
Kare-kare (dok.yayat)

Kelar makan papeda saya keliling lagi. Saya datangi stand Jakarta yang menjual minuman khas Betawi kesukaan saya yaitu bir pletok. Meski namanya bir tapi bir ini nggak bikin mabok karena terbuat dari rebusan jahe, gula dan rempah-rempah lainnya. Rasanya manis pedas menyegarkan. 

Hari makin sore, saya ke stand Sawah Lunto. Ada penganan kering yang saya kira bihun goreng ternyata terbuat dari tepung beras, namanya Kare-kare. Kare-kare disuguhkan hanya jika ada hajatan besar di Sawah Lunto, jadi cuma ada di acara khusus gitu. Rasanya garing dan manis, saya membeli dua pak untuk cemilan dirumah, harganya 25 ribu rupiah untuk dua pak.

vale6-5721187f2f7a61890bb2e6b2.jpg
vale6-5721187f2f7a61890bb2e6b2.jpg
Bir pletok nggak bikin mabok (dok.yayat)

Masih banyak stand yang saya sambangi, acara seperti ini sungguh bermanfaat buat kita yang hobi kuliner dan ingin tau masakan khas daerah-daerah di Indonesia karena akan sulit jika kita menyambangi langsung ke daerahnya satu persatu. Sayangnya beberapa stand telah kosong tak ada pesertanya. 

Mungkin pesertanya sudah kembali ke daerahnya masing-masing. Seperti penjual wedang uwuh yang bilang bahwa mereka akan kembali ke Solo malam itu. Hati-hati mbak Wedang Uwuh salam buat penjual soto Timlo di Solo.

vale7-5721188c2f7a618a0bb2e6c6.jpg
vale7-5721188c2f7a618a0bb2e6c6.jpg
Tempat tissue antik (dok.yayat)

vale8-5721189b0d9773da0b9f6cd5.jpg
vale8-5721189b0d9773da0b9f6cd5.jpg
Papeda (dok.yayat)

vale-9-572118ae3e23bdef0b4362ce.jpg
vale-9-572118ae3e23bdef0b4362ce.jpg
we eat we write (dok.kpk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun