[caption caption="Bubar Jalan... sang jawara (dok.yayat)"][/caption]Film menarik itu nggak harus rumit, cerita sederhana pun bisa bikin film jadi menarik. Apalagi didukung oleh pemeran dengan akting yang bagus, walau si pemeran bukanlah artis top yang sudah main di belasan film. Inilah kesimpulan yang saya dapat setelah menonton film-film yang masuk menjadi finalis Festival Film Pendek Indonesia 2015 yang diselenggarakan oleh Kompas TV, 22 Januari 2016 lalu. Total ada 10 film dari kategori pelajar dan kategori umum yang masuk final, disaring dari 200 an film pendek yang mengikuti FFPI 2015 ini.
Saya jarang... sangat jarang menonton film Indonesia. Kalo saya nonton berarti saya sedang dapat nonton gratis (jujur). Film-film Indonesia bagus yang menurut orang lain wajib ditonton tetap tidak membuat saya rela antri di bioskop untuk menontonnya. Alasan saya... film-film Indonesia sekarang ini membosankan. Cerita yang diambil itu berat.. saya sudah banyak masalah, nggak ingin nonton film yang masalahnya mbulet, tambah puyeng ntar saya (malah curcol).
Tapi saya takjub kemarin setelah menonton 10 film finalis ini. Film seperti ini nih yang ingin saya tonton. Ceritanya nggak jauh dari soal keseharian, lucu dan pemerannya bukan artis top yang bikin bosen saking seringnya ia wara-wiri di tipi. Film pendek berdurasi 5-10 menit. Jadi ini tantangan buat sutradara dan penulis cerita buat bikin film pendek jadi menarik dan memberikan kesan buat para penontonnya. Mau tau nggak, apa aja film pendek yang finalis FFPI 2015 Kompas TV? Ini daftarnya :
KATEGORI UMUM
Ojo sok sok an
Bercerita tentang seorang anak muda yang ingin gaul seperti anak-anak muda di kota. Anak muda ini ingin meniru telephone genggam dan bahasa yang sering diucapkan anak-anak muda ibukota agar ia dibilang pemuda yang gaul. Tapi akhirnya si anak muda ketemu batunya setelah ketemu gadis cantik yang ternyata... bahasa jawanya luwes banget. Film diambil dalam suasana obrolan di angkringan dan berlatar belakang kota Jogjakarta.
Ruwat
Di daerah Dieng, ada anak berambut gimbal yang akan di ruwat. Ruwat adalah hal yang wajib dilakukan untuk anak berambut gimbal agar rambutnya tumbuh normal lagi. Nah udah jadi kebiasaan bahwa anak yang akan diruwat boleh mengajukan permintaan sebagai syarat kesediaan diruwat dan orang tua harus memenuhi keinginan tersebut. Si anak punya permintaan yang nggak tanggung-tanggung. Ia pengen ke Hongkong pemirsa. Untuk orang tua yang hanya bertani tentu permintaan ini sulit dipenuhi. Sapi satu-satunya milik orang tua si anak hampir dijual demi si anak pergi ke Hongkong. Untungnya sapi urung dijual karena si anak tiba-tiba nggak mau pergi ke Hongkong gara-gara.. kodok! Hahahahaha...
[caption caption="Para juara (dok.yayat)"]
Nilep
Lagi-lagi berlatarbelakang daerah jawa. Bercerita tentang dua orang anak yang mencuri sebuah mainan dari pedagang mainan. Temannya yang lain mengingatkan perbuatan itu tidak baik dan menyarankan anak yang mencuri agar mengembalikan mainan ke pedagangnya. Tapi si anak takut karena sering mendengar berita pencuri yang dikeroyok dan dipukuli oleh orang banyak. Akhirnya si anak punya cara kreatif agar si mainan kembali ke pedagang dan dirinya aman yaitu.. lewat tukang pos. Padahal mainannya itu gigi-gigian seharga ratusan rupiah hahaha..
Bubar Jalan
Anda pernah jadi pemimpin upacara kenaikan bendera saat SD? Kalau pernah.. mungkin Anda mengalami hal yang sama seperti seorang anak di film ini... tegang, gelisah, gugup, gemetar.. karena takut. Saat bendera dinaikkkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan, si anak tertidur dalam posisi hormat pada bendera. Karena bendera sudah sampai puncak, pak guru yang menjadi inspektur upacara memberi isyarat pada si anak yang memimpin upacara agar menurunkan tangannya. Si anak kaget.. bukannya berteriak “Tegak grak!” si anak malah berteriak “Bubar Jalan!” ya bubarlah murid-murid hahhahaha.
Opor Operan
Ini kisah tentang kebiasaan tuker-tukeran opor saat menjelang Lebaran. Seorang ibu (sebut saja mawar karena saya lupa namanya hahahah) yang sudah selesai masak memberikan semangkuk opor pada tetangganya. Nah si tetangga yang belum selesai masak ini mencari cara agar ia bisa memberikan opor kepada si ibu. Diberikanlah opor yang ia dapat dari tetangga lainnya ke ibu mawar padahal si tetangga lain itu juga memberikan opor yang ia dapat dari si ibu mawar. Judulnya ibu Mawar dapet opor yang udah dia berikan ke ibu-ibu tetangga... kocaakkk.
KATEGORI PELAJAR
Samin
Cerita tentang seorang pahlawan jama kemerdekaan bernama Samin Surosentiko. Samin ini membela penduduk desa dari kekejaman tentara Belanda. Karena tindakannya ia dikejar-kejar tentara Belanda. Ia bisa lolos dengan bantuan penduduk desa. Ketika ia sudah tua, ia wafat dan penduduk desa tetap mengenang jasanya. Epic yak. Coblosan Para pelajar mengikuti kondisi perpolitikan kita saat pemilu presiden. Money politic menjadi ide cerita film ini. Penduduk yang akan pergi nyoblos diiming-imingi uang agar memilih calon tertentu. Ada perdebatan antara dua penduduk desa dalam menyikapi sogokan uang ini. Satu pemuda menerima uangnya dan pemuda lain menolak.
[caption caption="Ruwat (dok.yayat)"]
Kotak Pusaka
Film dibuka dengan sesosok anak muda yang berlari membawa sebuah kotak. Si anak muda berlari sampai ke hutan. Ketika ia sedang duduk di bawah pohon melepas lelah, datang beberapa berandal yang ingin mengambil kotak itu dari tangannya. Perkelahian tak terhindarkan. Di akhir cerita.. ketauan isi kotaknya adalah dasi pramuka merah putih. Kirain apaan...
Ali-ali setan
Musim cincin batu akik jadi ide cerita film ini. Hampir semua orang suka dengan cincin batu akik kecuali seorang anak kecil yang dipercaya menjadi ketua kelas di sekolahnya. Ia yakin bahwa cincin batu akik itu adalah batu setan yang harus dijauhi. Sebuah cincinbatu akik milik temannya sukses dilempar ke kolam. Ia berlaku tanpa pandang bulu, cincin batu akik gurunya juga jadi korban. Anak ini kalo besar cocoknya jadi polisi.. tinggal ditambah wajah ganteng aja (eh).
Surya the school gangs
Film ini penuh dengan adegan silat. Penulisnya memang ingin melestarikan silat dengan mengangkatnya ke dalam film. Ceritanya tentang seorang anak SMA yang membela temannya yang menjadi korban para berandal di sekolah. Bos para berandal dendam karena anak buahnya dikalahkan dengan mudah oleh anak muda tadi. Bos berandal menyandera si teman dan memaksa anak muda jagoan tadi bertarung lagi melawan anak buahnya. Para anak buah bos berandal kalah dan sekarang bos berandal menjadi lawan. Seperti di banyak cerita film, jagoan selalu menang. Namun di film ini klimaksnya adalah, bos berandal ternyata teman ayahnya si jagoan dan bos berandal sengaja mengambil uang dari para siswa kaya untuk membiayai sekolah anak yatim piatu yang di rawatnya. Semacem kisah Robin Hood gitu.
[caption caption="Nasionalisme adalah soal value, kata mas Angga (dok.yayat)"]
Menariknya sebuah film dan penyampaian pesan dalam film agar sampai ke penontonnya sangat tergantung pada sutradara. Sutradara harus bisa menempatkan film sebagai media bercerita. Tema FFPI 2015 kali ini adalah Indonesiaku Kebanggaanku.. nasionalis banget ya. Tapi.. jaman sekarang ini nasionalisme bukan lagi soal bawa bendera berkibar-kibar di puncak gunung, melainkan soal value.. kata mas Angga.
Kebanyakan dari finalis FFPI 2015 ini dibintangi oleh anak-anak. Anak-anak ini adalah penduduk setempat yang diambil dengan cara casting. Mereka sama sekali belum pernah bermain film. Kalau akting mereka di film ini ciamik, itu adalah karena bagusnya sutradara mengarahkan mereka. Di film Bubar Jalan, yang berdasarkan pengalaman pribadi sutradaranya, kunci untuk mengarahkan sekian banyak anak-anak SD yang berakting di sini adalah team work. Kalau anak-anak suka moody an maka sutradara mengikuti mood nya anak-anak dulu. Sulit tapi hasilnya ciamik.
Untuk menghasilkan tampilan gambar yang keren di film ini tadinya saya pikir kamera yang digunakan adalah kamera yang bagus ala-ala film nasional tapi ternyata kamera yang digunakan standar aja. Di film Ruwat, sutradara menggunakan suasana alam pedesaan untuk menampilkan tampilan gambar yang keren di layar film. Jadi sebenernya.. tinggal gimana kreatifnya sutradara dan timnya menggunakan alat yang mereka punya. Bagus nggak perlu mahal. Akhirnya pemenang pun diumumkan. Di kategori pelajar, film Surya and the school gangs menyabet juara pertama, Coblosan juara kedua dan Samin juara ketiga.
Di kategori umum, Bubar Jalan menjadi jawaranya. Juara kedua diraih Ojo Sok Sok an dan juara ketiga diraih Opor Operan. Saya berharap ajang festival film seperti ini akan terus diadakan, ini penting agar ajang ini menjadi tempat anak-anak muda berbakat menyalurkan kreatifitasnya. Ajang ini juga penting buat para penonton yang selama ini jarang menonton film Indonesia seperti saya. Bahwa film Indonesia bisa jadi bagus kalau ditangani oleh anak-anak yang berniat memajukan film Indonesia dan bukan berpikir tentang bisnis semata.
[caption caption="Nilep (dok.yayat)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H