Mohon tunggu...
Faras Mentari Rasidin
Faras Mentari Rasidin Mohon Tunggu... -

Bersyukur diciptakan sebagai manusia dan ingin bermanfaat bagi banyak manusia lainnya. Saat ini berbakti dengan menjadi guru untuk anak-anak sekolah dasar. Senang belajar tentang banyak hal kepada siapa saja yang mau membagi ilmunya. Mempunyai banyak impian, salah satunya membangun taman yang benar-benar taman, tempat membaca bagi semua. Sedang belajar berbagi (termasuk juga perasaan) lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gara-gara Mr. Facebook

26 Oktober 2010   16:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : yayasrasdin

Ana menghempaskan badannya di sofa .

"Hugh... !",  ia mengeluh.

"Kenapa lagi, sih, dengan dia, ada aja masalahnya !"

Seisi manusia di ruangan itu diam, tak mau bertanya, takut mengganggu.

Tapi kuping dipasang lebar-lebar, berusaha mencuri dengar.

"Serius, aku tidak melakukan apa-apa dengan Fb-ku. Tapi kok dia tidak bisa baca profilku sama sekali katanya. Tuh orang ngarang apa ngaco sih !" umbar Ana marah.

Akhir-akhir ini ia dan Safitri sedang renggang. Bermula dari pertanyaan Safitri kepadanya,

"Ana, kok kamu tidak pernah tulis komentar  di profilku, sih ? Yang lain saja nulis komentarnya,lho !" serang Safitri.

"Bagaimana mau nulis, buka profilmu saja aku sudah lama tidak bisa !" Jawab Ana santai tapi dalem.

"Ah, masa sih ? Coba nanti kuperiksa, ya !" Safitri agak kaget dengan jawaban sahabatnya itu.

Sejak kejadian tersebut, mereka jadi  jarang ngobrol.  Kalaupun bertemu paling-paling hanya senyum dan sapa seperlunya. Kok jadi begitu, ya.

Seminggu kemudian, mereka bertemu di FB. Sama-sama sedang online, keduanya chatting. Ana membuka pembicaraan lebih dulu.

"Hai, Saf," tegurnya, "sedang apa ?"

"Tidak sedang apa-apa, lagi buka-buka FB aja !" jawab Safitri

Tanpa buang waktu, Safitri pun menanyakan sesuatu kepada Ana.

"Ana, ada yang mau aku tanyakan padamu !"

"Apa, tuh, Saf, tanya aja !" jawab Ana tanpa beban.

"Kenapa sekarang aku tidak bisa buka profile FB kamu ?"

Wah, wah, kok jadi terbalik. Ana bingung, mungkin Safitri di sana juga bingung. Apa sih yang sebenarnya sedang terjadi ? Ana mengeluh dan curhat sana-sini. Tak tahu dengan Safitri, mungkin ia pun melakukan hal yang sama. Ana mencurigai Safitri telah mem-block-nya sehingga tidak bisa lagi membuka dinding profil sahabatnya itu.  Safitri juga mencurigai Ana telah melakukan hal yang sama karena dendam padanya.

Keduanya bermusuhan karena FB. Media sosial internet dengan moto ‘Facebook membantu anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan anda'  itu justru sekarang  memisahkannya dengan seorang sahabat.

Suatu hari Ana menceritakan masalahnya itu pada seorang sahabat yang lain, Menik. Kebetulan Si  Menik ini agak-agak gaptek. Jadi nge-FB juga jarang. Dan urusan mem-block, remove, private setting di FB Si Menik sangat kurang paham. Dia jarang sekali mengutak-atik profil FB-nya.

"Kok, bisa, sih ? Kalian berdua, kan, deket banget !" tanya Menik heran campur polos. "Coba, coba, kita periksa punya aku. Bisa tidak kamu buka dinding profilku, " ajak Menik penasaran.

Ana dan Menik mencoba membuka dinding profil satu sama lain. Ana membuka dinding profil Menik, dan Menik membuka dinding profil milik Ana. Ternyata Ana juga tidak bisa membuka dinding profil milik Menik. Makin runyam.

"Lho, kok, bisa ?" tanya Menik makin bingung. "Asli aku tidak pernah kutak-katik Fb-ku, Na.

Serius, seriburius, juga boleh !" Menik meyakinkan.

Sangat penasaran, Ana lalu membantu Menik membuka private setting Fb milik Menik. Tertulis enable , artinya tidak seorangpun bisa membaca status ataupun menulis sapaan di dinding profil.

"Woi, pantas aja, tidak bisa dibuka, Menik !" jelas Ana.

"Tapi menurutmu buat apa juga aku bikin begitu. Malah rugi dong, aku, karena teman-teman tidak ada yang bisa menyapaku lewat FB. Bagaimana sih. Mungkin jaringan FB pernah error, sampai-sampai punyaku saja bisa enable begitu." Menik membela diri.

"Hmm..., berarti mungkin juga itu terjadi pada punyamu dan punya Safitri. Kan kamu bilang, kamu tidak melakukan apapun tapi nyatanya dia tidak bisa buka dinding profilmu. Dia pun begitu !" Imbuh Menik lagi.

"Ah, tak tahulah, aku masih kurang percaya, kalau dia tidak sengaja. Kalau kamu aku percaya !"  Ana menggumam bingung.

Menik berkali-kali meyakinkan kedua sahabatnya bahwa pasti kejadian itu tidak ada yang sengaja melakukannya. Pasti itu kesalahan sistem pada mesin FB. Tapi karena keduanya punya gengsi yang tinggi, nasehat apapun belum ada yang ampuh merajuknya.

Hari-hari Ana masih diselimuti prasangka. Safitri pun demikian. Tak dapat dipungkiri, dalam hati masing-masing merasakan ada yang hilang. Biasa bercanda, sekarang hanya sapaan hambar. Biasa berbagi cerita, sekarang terpaksa hanya menyimpannya sendiri.

Ana rindu cerita-cerita cerdas Safitri. Sementara itu, Safitri pun rindu kreativitas Ana dalam menggambar dan membuat bentuk tulisan yang unik. Belum lagi Ana itu orangnya suka berbagi. Apa yang ia beli, pasti juga ia belikan untuk para sahabat. Intinya, sebenarnya mereka saling membutuhkan dan merindukan.

"Nah, teman, apa yang akan kalian lakukan bila kalian menjadi Ana ataupun Safitri ? Tolong nasehati mereka, dong. Agar bisa segera bersahabat lagi. Sebab saya, Mr. Facebook, memang sedang menguji persahabatan mereka !" suara laki-laki yang mengaku sebagai Mr. Facebook mengakhiri ceritanya.

Deg, Ana tersadar dari mimpinya. Hei, kemana si laki-laki itu ? Ah tidak penting lagi. Sekarang yang perlu aku lakukan adalah...

Di lorong itu mereka berpapasan. Ana tersenyum kepada Safitri. Ia menjangkau tangan sahabatnya itu. Safitri kaget, tetapi juga senang. Kebekuan mereka mencair. Persahabatan terlalu mahal jika harus rusak hanya karena kesalahpahaman di FB. Mungkin benar kata Menik, FB lagi error.

"Eh, Na, kamu pernah mimpi tentang Mr. Facebook, nggak ?" Safitri mulai bercerita.

Wow, inikah salah satu keunikan dalam bersahabat. Sampai-sampai mimpi pun bisa sama.

*******SELESAI*******

Pondok Betung, 23 Oktober 2010

Ditulis untuk 2 sahabat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun