Yudi pun selalu melakukan beragam aksi sosial dan kepeduliannya dengan enerjik, menyentuh nurani, namun tidak nampak seperti mengajari, karena apa yang disampaikan Yudi terkadang justru dengan pembawaan yang kocak. Gita sebetulnya penasaran tapi ia tak merasa perlu untuk tahu lebih lanjut tentang Yudi.
Setelah dua bulan di Maluku Utara, akhirnya Gagah pun kembali ke rumah. Ada yang jelas berubah dari Gagah yang dirasakan oleh Gita dan Mama. Gagah menjadi lebih dewasa, lebih bersemangat menjalankan ajaran Islam, namun kerap kali menasehati Gita untuk lebih taat tapi dengan cara yang ekstrem. Gita perlahan sebal, menurut Gita, Mas Gagah nampak norak dengan agama dan terlalu berlebihan dalam beribadah.
Tapi Gagah pun tak menyerah, Ia berusaha melakukan pendekatan sebaik mungkin untuk mengenalkan dua perempuan terbaiknya yaitu Gita dan Mama dalam ajaran Islam. “Islam itu indah. Islam itu cinta,” adalah hal yang selalu disampaikan Gagah pada Gita.
Melalui pertemanan akrab Gita dan Yudi dengan ceramah-ceramah kocaknya, Gita perlahan pun berubah menemukan makna hidup sejatinya.
Hingga akhirnya menjelang ulang tahun Gita ke 18, Gita ingin memberikan kejutan dengan memakai jilbab untuk pertama kali di ulang tahun Gita ke 18.
Namun sayang, kejadian di ujung negeri telah menghempaskan cerita Gita. Mas Gagah yang ditunggu Gita tak juga muncul…
Bagaimana lanjutan kisahnya? Simak dalam Film epik penuh inspirasi “ Ketika Mas Gagah Pergi ” (CAL)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H