Beberapa tahun terakhir, kabar dari perkembangan film-film karya sineas tanah air nampak makin menggeliat. Satu tema yang kini makin populer adalah film-film romantika kehidupan dalam nafas Islami. Ada yang murni diangkat dari kisah nyata, adapula yang diadaptasi dari kisah epik yang diangkat dari novel legendaris.
Satu kisah legendaris yang kini dapat giliran di angkat di layar lebar adalah kisah berjudul “ Ketika Mas Gagah Pergi ” (KMGP). Kisah tentang Mas Gagah ini merupakan novellet legendaris karya penulis hebat tanah air Helvy Tiana Rosa. KMGP pertama kali ditulis di tahun 1992 dan kemudian diterbitkan di penghujung tahun reformasi pada 1997.
Hingga hari ini, novel KMGP karya Helvy telah dicetak ulang sebanyak 39 kali oleh 3 penerbit besar di Indonesia. Seluruh kisah dalam novel KMGP menuliskan tentang kisah dinamika hubungan dalam keluarga, tentang hijrah, cinta, kepedulian, dan kehidupan yang indah dalam naungan Islam. Ragam tokoh muda menjadi pemain utama dalam novel ini. setelah membacanya dipercaya mampu menggetarkan dan menggerakkan anak muda dalam tiap langkah kebaikan dan kecerdasan spiritual dalam memaknai hidup.
Kini, KMGP telah dikonversi menjadis sebuah film layar lebar. Adaptasi novel ini langsung dibawah amanah Helvy Tiana Rosa selaku penulis. Skenario dipercayakan pada penulis skenario dan sutradara film dokumenter Fredy Aryanto, sementara sutradara kepada Firmansyah. Film yang akan diproduksi oleh PT Indobroadcast & Aksi Cepat Tanggap (ACT) ini akan diperankan oleh Hamas Syahid, Masaji Wijayanto, dan Izzatun Niswah Ajrina.
Lalu bagaimana sinopsis film KMGP? Simak paparan kisahnya berikut ini
Adalah Gita, gadis penyuka puisi yang amat tomboy. Gita selalu bangga pada sosok yang Ia sebut sebagai Mas Gagah, abang yang menurutnya punya kepribadian sebagai laki-laki sempurna. Mas Gagah adalah sosok lelaki muda yang tampan, cerdas, modern, dan tak pernah luput menjalankan ibadah shalat tepat waktu. Apalagi sejak Ayah Gita dan Gagah meninggal, sembari kuliah, Mas Gagah selalu membantu Mama menjadi tulang punggung keluarga.
Dalam proses studi kuliahnya, Gagah pergi ke Maluku Utara, membantu dosen pembimbing skripsinya menyempurnakan konsep pembangunan menara pemancar di sana. Pada satu waktu, Gagah sempat hilang kontak, saat ia masuk ke wilayah pedalaman dan mengalami kecelakaan kerja. Gita dan Mama tentu panik tak tentu arah, namun akhirnya kepanikan hilang setelah komunikasi dengan Gagah pulih kembali.
Akibat kecelakaan itu Gagah sempat dirawat oleh Kyai Ghufron, seorang pemimpin pesantren yang amat bersahaja dan dohormati di wilayah Maluku Utara. dari Kyai Ghufron, Gagah banyak belajar tentang makna kehidupan dan nafas islami.
Di rumah, selama Mas Gagah Pergi, Gita pun banyak belajar dari beragam orang-orang yang ditemuinya. Termasuk pada satu orang misterius yang selalu ditemui Gita di jalan, di dalam bus, di kereta api, bahkan di tempat-tempat lainnya. Sosok misterius itu ternyata adalah Yudi. Seorang anak muda yang periang, gemar mengajak orang pada kebaikan-kebaikan tulus, dan bahkan memberikan kepedulian dan menguatkan setiap orang yang temui di jalan. Termasuk ketika di dekat Yudi ada yang tertimpa musibah atau bencana, nilai kepedulian nampak jelas untuk membantu mereka yang membutuhkan.