Politik `nabok nyeleh tangan` atau memukul dengan menggunakan tangan orang lain. Ternyata metode ini masih suka dipakai oleh Gusti Allah untuk mengingatkan hambanya yang telah mbalelo supaya kembali pada-Nya. Dan rupanya Gusti Allah memukul saya melalui Pak Paimat.
Sosok sederhana yang tak berparas Kiai, Habib, Ustadz tetapi pengetahuannya luas bak samudera dalam memahami kehidupan. Saya yakin, Ustadz atau mungkin Habib yang berencana aksi pada 4 November di Jakarta pun belum tentu mempunyai pemahaman `Jero` seperti itu. Mereka bisanya hanya menebar kebencian dan keresahan di masyarakat.
Pak Paimat, bagi saya adalah contoh muslim yang dalam beragamanya didasari suatu kejujuran, tidak pernah mempolitisir ajaran agama apalagi menggunakan ayat suci Al-Quran untuk kepentingan politik. Entah berapa kali, berapa orang dan siapa saja yang telah diperciki hidayah oleh Allah melalui Pak Paimat. Padahal untuk menjadi aktor atau tangan Allah tidaklah sembarang orang.
Meminjam istilah Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, barangkali ia (Pak Paimat, Si Penjual Es Doger) salah satu contoh dari Sufi Pinggiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H