Mohon tunggu...
Yayak Mahardika
Yayak Mahardika Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penggemar gorengan sekalian penyruput kopi | pemerhati cewek |bukan cowok | Menulis curahan hati di |https://lukojoyosindikat.wordpress.com| yayak.mahardika@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Apa Kabar "Riset" di Indonesia?

30 Maret 2016   18:06 Diperbarui: 16 Februari 2019   21:26 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumlah peneliti yang ada saat ini, dianggap jauh dari jumlah ideal sehingga perlu adanya terobosan untuk segera memenuhi jumlah ideal. Saat ini, Secara umum jumlah peneliti Indonesia memang masih kurang, jika dibandingkan dengan negara lain dan dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan, sebagai contoh, negara maju seperti Amerika Serikat yang memiliki 3.000 peneliti per satu juta penduduk. Atau Korea Selatan yang memiliki 4.000 peneliti per satu juta penduduknya. "Rasio peneliti di Indonesia hanya 34 peneliti per satu juta penduduk. Dengan jumlah penduduk Indonesia di atas 250 juta jiwa, saat ini jumlah peneliti Indonesia baru sekitar 9.000-an peneliti aktif. Idealnya, Indonesia membutuhkan 200 ribu peneliti di berbagai bidang agar bisa bersaing dengan negara lain.

Disisi lain peneliti asing terus meningkat. jumlah tren penelitian yang melibatkan peneliti asing terus meningkat saat ini. Ia menyebut selama periode 2000-2014 terus naik. Dari 216 izin penelitian, kemudian merangkak menjadi 309 izin penelitian pada 2006 dan menjadi 512 izin pada 2014. Untuk negara asal peneliti asing ini Jepang menurun, Tiongkok (Cina) meningkat,tetapi paling banyak adalah Amerika serikat, Jepang, Perancis, Jerman lalu.  

3. Tidak Fokus dan Prioritas

adalah bahwa kegiatan riset di Indonesia kehilangan fokus atau prioritas. Fokus atau prioritas dalam melakukan riset ini sangat penting, terlebih dengan keterbatasan dana yang kita miliki. 

Tak heran jika selama ini hasil riset yang telah dilakukan sebagian besar tak bermanfaat dan kurang diminati. Sehingga pembuat kebijakan pun cenderung mencari dari luar dan yang pasti lebih sesuai dengan kebutuhannya.

4. Kualitas penelitian yang dihasilkan.


secara kualitas riset Indonesia pun masih jauh dari harapan. Masih menggunakan data Scimago periode tahun 1996 sampai 2014, dengan dasar h-index sebagai ukuran kualitas penelitian, Indonesia ternyata menempati urutan ke-58 (h-index: 140) dari total 239 negara, dengan AS menduduki peringkat pertama (h-index: 1.648).

Apa yang harus di lakukan?

Dari permasalahan-permasalahan tersebut. Masalah tetaplah akan jadi masalah jika tidak ada perhatian serius dan tindakan nyata dari pihak terkait untuk menyelesaikannya agar riset dapat digunakan semaksimal mungkin.  

Pertama, Tentu saja pemerintah harus menyediakan dana yang cukup bagi riset di Indonesia. Baru di pemerintahan Jokowi-Jk pemerintah dianggap memandang serius dan memprioritaskan riset di Indonesia. Terbukti perubahan nomenklatur yang menggabungkan kementrian Riset, teknologi dan pendidikan tinggi. Dengan itu harapannya pemerintah cepat atau lambat sepatutnya akan memenuhi kebutuhan anggaran biaya riset di Indonesia.

Perlu adanya terobosan untuk menyelesaikan itu, Sebagai contoh, meniru kesuksesan penyelenggaraan beasiswa pendidikan melalui lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP), perlu dipertimbangkan adanya lembaga khusus serupa LPDP yang berupa badan layanan umum untuk mengelola, mengembangkan, dan menyalurkan dana riset untuk kepentingan nasional. Badan ini memiliki kewenangan untuk mengelola, memberikan dana penelitian khusus untuk menjawab beragam agenda permasalahan bangsa, tanpa harus terbentur birokrasi penganggaran negara seperti lazimnya pendanaan yang dikeluarkan lewat kementerian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun