Mohon tunggu...
Pendidikan

"Freedom to Speak"

1 Desember 2018   21:28 Diperbarui: 1 Desember 2018   21:34 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, ada saja orang yang mempermasalahkan penulis blog bukan keturunan China yang menulis tentang resep-resep makanan China. Ada yang tidak beres.

6. Pembunuhan untuk Pembungkaman

Ketakutan hilangnya nyawa karena memberikan pendapat adalah konsep yang melandasi assassin's veto -- yaitu pembunuhan untuk pembungkaman. Pembunuhan keji terhadap orang yang mengatakan sesuatu yang tidak disukai memang bisa membungkam seluruh pembicaraan.

Sekarang ini, cara 'veto' seperti itu masih berlangsung. Misalnya pembunuhan Theo Van Gogh, seorang pembuat film dari Belanda, terkait dengan filmnya yang berbicara soal penindasan kaum wanita Muslim. Demikian juga dengan pembantaian Charlie Hebdo dan pembunuhan bloggerateis dari Bangladesh.

Tapi, pembungkaman demikian bukan hanya terkait dengan pemeluk agama. Di Meksiko, para kartel narkoba menyiksa dan membunuh secara brutal siapapun yang lantang bicara menentang mereka. Hal serupa dilakukan oleh Mafia di Italia. Di Amerika Serikat, para pegiat pendukung dan penentang aborsi sama-sama mengalami dibunuh karena menyuarakan pandangan mereka.

Yang paling suram adalah kenyataan bahwa pembungkaman itu berlangsung dalam segala aspek. Pidato, pentas, konser, acara komedi, dan kuliah umum juga kerap dibatalkan karena adanya ancaman-ancaman. Dampaknya telah membungkam kebebasan berpendapat di seluruh dunia.

7. Protes Sebagai Senjata

Kebebasan berpendapat mencakup hak untuk memprotes pendapat yang tidak disetujui seseorang. Tapi ada bedanya hak demokratis untuk unjuk rasa dengan penggunaan hak itu untuk membungkam pandangan yang tidak disetujui. Dalam beberapa kejadian belakangan ini, para pengunjuk rasa malah lebih bertujuan sebagai pembungkaman pihak lawan.

Dari beberapa contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran dan penyalahgunaan kebebasan berpendapat sangatlah tidak sepele, maka yang sebaiknya dilakukan oleh kita dalam menggunakan kebebasan tersebut adalah dengan bertanggungjawab dengan mengetahui dan sadar akan batas-batas yang ada. Sebagai contoh jika di media sosial, kita harus mempertimbangkan baik-baik, jangan sampai merugikan orang lain. 

Kita harus memikirkan baik dan buruknya, jangan hanya berpikir pendek. Kita harus memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkan jika kita mengeluarkan suatu pendapat di sosial media. Dan kita juga harus menghargai dan menghormati satu sama lain hak yang kita miliki agar tidak terjadi pelanggaran HAM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun