Menghidupkan Budaya Literasi Guna Membentuk Masyarakat Madani
KKM merupakan sebuah wujud pengabdian mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang kepada masyarakat sekitar. Dalam KKM ini, kami sebagai mahasiswa dilatih untuk mengabdi dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah kami miliki untuk membantu masyarakat sekitar.Â
Dalam kesempatan ini, kami TIM KKM Cendana Aye-Aye merencanakan untuk membuat program kerja yakni membukukan sejarah desa yang kami tempati ini. Tepatnya di Desa Cendono, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Â
Desa ini terletak di lereng gunung Arjuno, tepatnya pada ketinggian 560 meter diatas permukaan laut. Desa cendono memiliki 3 dusun, yaitu Pesanggrahan, Sumber Yudo dan Jati Kauman dan memiliki 7 RT Â disetiap dusunnya.
Desa Cendono pada pagi dan malamnya sangatlah dingin, melebihi dinginnya Lowokwaru, Malang. Udaranya sangat sejuk karena banyaknya pohon yang tumbuh didalamnya.Â
Lingkungannya masih terjaga dengan baik dan belum terkontaminasi dengan bangunan-bangunan industri. Meskipun terletak di lereng gunung, namun akses tranportasinya sangatlah mudah.
Berdirinya sebuah wilayah, tentu tak lepas dari kisah bersejarah yang diciptakan oleh para leluhur. Dalam upaya melestarikan sejarah, mereka mewariskan cerita itu secara turun temurun kepada anak cucu  agar tetap terjaga keasliannya. Namun, yang menjadi masalah adalah sejarah tersebut disampaikan dari mulut ke mulut sehingga memunculkan beberapa versi.Â
Berdasarkan riset, kesadaraan penduduk asli tentang asal usul desa mereka masih sangat minim. Salah satu faktor yang mendasari hal tersebut ialah cerita yang hanya dijadikan dongeng dari masa ke masa dan tidak terbukukan secara sistematis.Â
Problematika inilah yang kami temukan saat melakukan kegiatan KKM di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan sehingga kami berinisiatif menggarap rangkaian sejarah itu menjadi sebuah karya yang dapat dikonsumsi oleh khalayak umum.
Selain karena melihat problematika di atas, kami juga ingin membangkitkan kembali budaya literasi yang semakin hari kian menurun. Dengan adanya perkembangan zaman ini, banyak masyarakat yang sudah terpengaruh dengan perkembangan tekhnologi semisal semakin canggihnya gadget dan akses internet yang semakin mudah. Perkembangan ini tidak lakukan secara maksimal, justru sebaliknya.Â
Oleh karenanya, kami sebagai kaum akademisi seyogyanya kembali lagi menyemarakkan budaya literasi, utamanya dikalangan pedesaan yang mayoritas masyarakatnya masih terlalu minim informasi.Â