Hai, apa kabar mantan? Dimana kau sekarang? Bagaimana dengan hidupmu kini? Masih ingat  nggak? Dulu, kita suka sekali berangan-angan.  Hingga akhirnya mimpi hanyalah sebuah bunga tidur yang tak pernah menjadi nyata. Dan angan, hanya sebuah khayalan, dan tak lebih dari itu. Di tahun ketiga, hubungan kita ternyata kandas di tengah jalan.
Setelah itu, kita benar-benar tidak pernah saling mengetahui kabar masing-masing. Dunia ini terasa begitu luas. Sehingga satu kota saja, tak pernah bertemu bahkan walau hanya sekedar berpapasan. Dan ketika menikah, kita tidak pernah saling mengundang. Mungkin saat itu saya belum berdamai dengan mantan. hehe.. Karena bagaimanapun, mantan adalah orang yang pernah dekat didalam hati dan kehidupan kita. Mana tega, melihatnya datang ke pernikahan saya. Â Itu hanya sekelumit cerita bersama mantan di masa lalu. hehe... Â Bicara tentang mantan, saya jadi ingin bercerita tentang film Mantan Manten.
Dalam film Mantan Manten yang saya tonton bersama teman-teman Kompasianer Jogja pada tayangan perdana 4 April 2019 lalu di XXI Empire Jogja, mengisahkan tentang ketegaran seorang wanita yang ditinggal menikah oleh  kekasihnya. Bayangkan saja, jika kamu tak hanya sebagai tamu undangan dari acara pernikahan mantanmu. Tetapi kamu harus datang sebagai seorang perias untuk mantanmu? Sudah terbayang rasanya? Sakitnya bisa jadi sampai ke ubun-ubun. Remuk seremuk-remuknya.
Dijebak oleh calon mertua, ditinggal menikah oleh kekasihnya. Dia ingin mengambil kembali apa yang pernah hilang, tetapi itu hanya sebuah keinginan yang menyakitkan. Karena lawannya sangat kuat.
Pertemuannya dengan Budhe Maryati (Tuti Kirana) yang seorang tukang paes atau perias pengantin atau manten, perlahan mengubah jalan hidup dan pola pikirnya.
Yasnina bukan lagi wanita ambisius seperti sebelumnya. Ikhlas adalah kunci penyelesaian segala masalah. Menerima kenyataan dan berdamai dengan mantan. Keikhlasannya diwujudkan dengan bersedia menjadi tukang paes untuk mantan kekasihnya, Surya (Arifin Putra)
Meskipun kisah hidup Yasnina mampu mengaduk-aduk perasaan saya, namun hadirnya Darto (Dodit Mulyanto) yang berperan sebagai asisten Budhe Mar sanggup mencairkan suasana. Bahkan saya tertawa terbahak menyaksikan Darto yang sederhana dan apa adanya itu.
Pesan Moral dibalik Fim Mantan Manten Â
Setelah menonton film ini, saya semakin memahami bahwa masalah didalam hidup ini, bisa diselesaikan jika kita sudah ikhlas. Bahwa di dunia tidak ada yang pasti kecuali kematian dan perubahan. Kata-kata manusia  bisa berubah sewaktu-waktu. Pengkhianatan bisa terjadi kapan saja.  Begitu pula dengan roda kehidupan.Â
Sekarang miskin, besok kaya atau sebaliknya adalah wajar. Nasib bisa saja berubah seiring berjalannya waktu. Â Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku. Artinya perubahan diri seseorang bisa berubah ketika dia berada dilingkungan yang berbeda, seperti berubahnya kisah hidup Yasnina. Belajar dari Budhe Mar, bahwa kesetiaan itu pilihan. Ingin setia atau tidak, semua ada konsekuensinya. Budhe Mar menjaga kesetiaan pada profesi hingga akhir hayatnya. Komitmennya adalah tradisi tidak boleh berhenti dan harus selalu dijaga, seperti halnya tradisi paes dan budayanya.
 Sudah terbersit untuk segera ke bioskop terdekat?
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H