"Aku mencintai Mas Baruna, Ri. Sangat mencintainya. Hingga apapun akan aku lakukan, asalkan bisa bersamanya."
"Lalu apa permintaan Windri?" tanya Utari meski sudah dapat menebak sendiri.
"Dia memintaku melepaskan posisi Waranggana di grup Karawitan milik Mas Bagus. Aku menerimanya, dan pergi menjauh dari kota ini."
"Tapi Bukankah waktu itu Mas Bagus masih bekerja di Jakarta?"
"Kamu benar, Ri. Tapi Mas Bagus selalu pulang rutin setiap sebulan sekali. Dia sangat mencintai kesenian ini, bahkan dia juga belajar khusus dari pengendang ternama. Selain itu, suaranya juga sangat bagus. Namun semenjak aku keluar, aku mendengar dia tidak mau lagi berduet dengan siapapun."
"Bahkan termasuk dengan Mbak Windri?"
"Iya. Bahkan dengan Windri sekalipun."
Utari tampak menghela napas panjang. "Sekarang apa yang ingin Mbak Rike lakukan?"
"Aku ingin berpisah dari Mas Baruna. Karena lima tahun bersama, ternyata tidak pernah mengubah hatinya. Aku bahkan tahu, jika diam-diam dia sering menemui Windri dan anaknya."
"Be---benarkah?" tanya Utari tidak percaya.
Jadi, selama ini Windri sudah berbohong kepada Bagus, "Windri tidak keberatan jika Mas Baruna menemui anaknya. Aku bahkan beberapa kali bertemu dengan Windri, dan dia memamerkan foto-foto kebersamaan itu tanpa merasa bersalah."