Rika yang masih sibuk memanggang roti tampak melirik sebal ke anaknya, "Malam ini pertunangan Dian! Dia baru semester tiga loh, tapi sudah mau berkomitmen dengan pacarnya!"
Utari meletakkan gelas kosong di atas meja. Dian adalah anak dari adik Mamanya. Hubungan mereka tidak terlalu akrab, karena Utari sejak kecil memang ikut neneknya di Solo.
"Jadi, Mama masih nggak suka kalau aku sendirian gitu?"
"Yah, Mama kan sudah kepengin pamerin calon mantu seperti keluarga yang lain."
"Pamerin aja Kak Dewo, dia juga menantu Mama kan?"
Utari segera beranjak meninggalkan dapur. Masih terdengar omelan Rika yang membuat telinganya merah. Begitu sampai di kamar, gadis itu langsung menghempaskan tubuh di atas kasur. Tanpa terasa, airmata merebak di sudut matanya.
Ketika masih tinggal dengan neneknya, semua terasa begitu bebas. Neneknya tidak pernah melarang Utari bergaul dengan siapapun, asalkan bisa menjaga diri. Neneknya juga tidak mengharuskan dirinya segera memiliki kekasih seperti yang lain. Apalagi harus menikah secepatnya.
Namun Rika justru seperti tidak mengerti kondisi sang putri. Bagi Utari, menikah adalah urusan yang sangat penting. Kita tidak boleh memilih sembarang pria untuk menjadi pendamping. Apalagi dia sangat berharap, jika pernikahannya kelak hanya satu kali untuk selamanya.
Dia sedikit menyesali keputusannya untuk kembali ke kota ini. Apalagi pekerjaannya sekarang juga belum menjamin masa depan. Pekerjaan yang dilakoninya sekarang, juga karena campur tangan dari sang Mama. Rika tidak mengizinkan Utari mencari pekerjaan sendiri. Katanya meski gaji sedikit, yang penting Utari dapat pulang setiap hari.
Namun Utari juga tidak mau disebut sebagai anak durhaka. Apapun akan dilakukan, agar sang Mama bahagia. Selama ini Rika bekerja membanting tulang sendiri, untuk biaya sekolah kedua anaknya. Karena ayah Utari sudah lama meninggal dunia. Rika memiliki sebuah toko kue yang cukup laris, untuk menopang kehidupan mereka.
Gadis itu meraih kotak kecil berisi cincin pemberian Bagus Pandhita, dari dalam tas kerja. Dia mulai memikirkan kemungkinan hubungan mereka. Meski tidak ada cinta, namun sepertinya pria itu serius dengan niat mengikat dirinya. Usia tidak akan menjadi penghalang, jika itu dapat membuat mulut Mamanya diam.