"Bagaimana Bapak bisa menemukan tempat ini?" Utari menyesap tehnya dengan nikmat. Cuaca sore yang dingin, sangat cocok menikmati secangkir teh hangat. Terlebih suasana di sana sangat sulit untuk dilewatkan. Mereka duduk lesehan dengan beralaskan tikar pandan, di dalam Gazebo itu.
Bagus menatap sejenak pada gadis itu. Selama ini dia berusaha tidak begitu memperhatikan Utari, hanya sesekali mereka bertegur sapa sebagai formalitas. Namun kali ini, dia dapat menikmati keindahan itu dengan lebih leluasa.
Telinganya sering mendengar beberapa pegawai laki-laki berbicara mengenai gadis ini. Anak magang baru yang memiliki kecantikan seperti seorang bidadari. Mereka selalu memiliki berbagai alasan untuk menyuruh Utari mengerjakan sesuatu. Padahal itu hanya akal bulus mereka, untuk lebih sering melihat sang gadis.
"Ini tanah warisan dari kakekku. Secara turun temurun, anak laki-laki dalam keluarga akan mewarisi tempat ini."
"Ehm, pasti tempat ini sangat privasi. Sekali lagi, maafkan saya. Saya sungguh tidak sengaja memasuki area sini." Utari meringis penuh penyesalan. Sebenarnya dia merasa jengah, karena hanya berdua saja dengan pria itu.
Jantung Utari terasa berdegup lebih kencang, ketika pria itu tersenyum kecil di atas cangkir yang disesapnya. Bagus sama sekali tidak marah, padahal mungkin kehadirannya sudah menganggu aktivitas pria itu. Akan lebih baik jika dia diusir dari tempat itu, bukannya diperlakukan dengan begitu baik.
"Mendapat kunjungan dari gadis pujaan para pria lajang sekantor? Aku rasa itu patut disyukuri." Bagus mengerling jail pada Utari yang langsung tertunduk dengan pipi memerah.
"Bapak bikin saya malu aja." jemari lentik Utari memutar-mutar cangkir untuk mengusir rasa gugup yang mulai melanda.
"Jadi siapa yang beruntung mendapatkan hati kamu?" pancing Bagus dengan nada menggoda. Sepertinya dia harus menunda rencana mengantar gadis itu ke perkemahan. Masa cutinya masih satu hari lagi. Ditemani seorang gadis menawan sepertinya juga bukan ide yang buruk. Terlebih dia memang sedikit mengharapkan Utari.
"Itu---saya masih muda, Pak. Saya masih ingin memantapkan karir dulu, baru setelah itu memikirkan untuk berumah tangga."
"Jadi, kamu sedang mengejek saya?"