kami bicara dalam ruang ilusi
beberapa sihir lipstik poles pilar angin
menghantar baki bait sajak
sore bijaksana mendengarkan ku
seolah penasehat hati
dalam delusi nya
cinta
itu, semburan api hati
dari tahun-tahun yang telah berlalu
aku menyimpan lukisan nya
meski bayangan ku sedang bertarung
memperbaiki listrik kepala ku yang rusak
tidak ada tulus hati, itu padam
tidakkah dia mengerti?
namun jiwa lapuk ku tak mampu
persalahkan jiwa hancur nya
setidak nya dia memanggil ku ahli sihir
ilusi
hati nya gempita
oleh tipu daya rasa halusinasi
delusi
jiwa yang cemerlangÂ
oleh tipu daya bayang malam
hati nya gempita
hati nya ranum luka
hati nya curiga cemburu
hati nya lapuk kokoh
ia senandungkan malam
ia syairkan pagi
ia lirikan siangÂ
lalu senja nya seakan palu pengampunan
kami terus bicara
untuk praduga takdir
jalan-jalan tua telah dibentangkan
lonceng waktu memberi peringatan
cinta
ia menawarkan cinta
ia menilik nilai hati
ia mengetuk bentuk jiwa
tidak,
tidak ada kenyataan
saat kepala ku retak
tidak ada bayangan nyaÂ
saat kepala ku utuh
ini delusi kami
ini bayangan halusinasi ku
ini refleksi ilusi .... kami?
kami bicara tanpa mimpi
untuk sauh cinta
maka bumi telah menelan roda lautan nya
untuk rakit doa
maka hanya TuhanÂ
yang mungkin masih mendengar itu
tidak ada kenyataan dalam rasa rindu
tidak ada bayangan hantu nya bisa bertarung
tidak ada gempa di kepalan rindu
bisa merusak peti arak bajak laut
wangi kenyataan
membayangi doa-doa senja
laut tidak melambaikan kedip cahaya
bulan yang menopang isyarat bintang
menahan laju meteor ambisi
delusi semarakkan bunyi gendang kepala
Copyright (c) Yat, 16 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H