(Padalarang, 29Nof2019)
Bis melaju dan matahari bergurau
Bayangan pada kaca jendela
Menyimpan satu senyum petualangan cinta
Hanya seorang pria kesepian
Dengan pematang sawah dan semak duri-duri
Deru siang dan jalan tol bersorak
Bayangan senja kehilangan imajinasi
Pesona langit jingga mengusik sakral hati
Ini bukan cinta dalam bait suci
Bayangan bebatuan di ujung malam
Bis melaju hingga pagi
Aku masih menikmatiÂ
Secangkir kopi senyuman nya
Dia terus melafal garis darah
Dan ranting pohon seakan patah di kepala
Rasa kopi imajinasi sore getir
Sore terus bersenandung pulang
Ke laman hampa hatiÂ
Untuk sedikit tetes ombak
Ku biarkan hati ku menjadi sungai
Menjadi matahari patah nya
Untuk daun-daun gugur usia
Aku merasakan bait semu hati nya
Itu bayangan kami
Dan matahari dengan mantra rahasia
Telah menyulam malam di ujung senja
Ujung bayangan kami
Seperti rasa lapar kaum papah
Ujung hati kami,
Seperti gairah tua para pelaut
Ku tenun kata-kataÂ
Untuk menghormati tikam sepi
Jantung ku membungkukÂ
Untuk satu malam petualangan
Untuk dikenang
Hanya untuk dikenang
Hanya kenangan, bisik hati ku ....
Cinta
Dia mengucapkan cinta dalam imajinasi nya
Aku mengulum senyumÂ
Dan itu hampa
Malam telah menyulam pagi
Untuk melukis sisa bait terakhir puisi ini
"Hari yang indah, dan pematang sawah ranum, mengenang balai-balai pikiran"
Copyright (c) Yat, 25 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H