Dahulu adalah waktu
Kini adalah waktu
Yang akan datang jua waktu,
Memilih mencinta,
Daripada dicinta,
Resiko dan haknya,
Hanya kita yang rasa,
Aku tertegun,Â
Sekejap hatiku bangun,
Dari matinya sebab cinta yang tak kenal ampun,
Meminta tolong dan berteriakpun rasanya tak terlantun.
Aneh, kupikir.
"Mengapa harus kau nona?!"
"Jatuh cinta?" Tidak
"Jatuh hati?" Mungkin
Kucoba sangkal semuanya,Â
Namun hatiku pasrah tak berkutik,
Ia bergerak dalam rasanya sendiri,
Menjelma seakan - akan memuja hal yang ia sukai.
"Selamat hari valentine nona" dari hati kecil yang sehabis mati suri, berdecak kagum pada yang juga mati.
Mencintai atau dicintai?. Rasanya kemarau menunggu hujan adalah dahaga yang ingin segera diamini.
Biar waktu dan semesta saja yang menjawab.
Aku hanya mendamba agar aku selalu dicinta, sebab disana aku tidak mendapatkan kesakitan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H