Namun, ini juga berarti tanggung jawab lebih besar pada individu. Tidak ada yang akan mengatur pekerjaan Anda secara detail. Apakah ini cocok untuk semua orang? Belum tentu. Tapi, belajar untuk lebih mandiri dan berani mengambil inisiatif bisa menjadi nilai tambah di tempat kerja.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Sekarang, coba tanyakan pada diri Anda: dari semua budaya kerja ini, mana yang menurut Anda paling cocok dengan situasi Anda saat ini? Apakah Anda butuh lebih banyak disiplin seperti Jepang, atau fleksibilitas seperti Denmark?
Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Tapi, yang pasti, kita bisa memetik hal-hal baik dari budaya kerja ini dan menerapkannya sesuai kebutuhan.
Dialog Reflektif dengan Diri Sendiri
"Apa sebenarnya yang saya cari dari pekerjaan ini? Apakah saya hanya mengejar hasil, atau saya ingin menikmati prosesnya juga?"
Pertanyaan ini terus terngiang di kepala saya ketika membaca tentang berbagai kebiasaan kerja di negara lain. Saya sadar, mungkin kita terlalu fokus pada produktivitas dan lupa pada kualitas hidup.
Menerapkan kebiasaan unik dari negara lain mungkin tidak mudah, apalagi jika itu bertentangan dengan budaya kerja yang sudah ada. Tapi, jika perubahan kecil seperti memberikan waktu istirahat atau menekankan kebebasan berekspresi bisa membuat kita lebih bahagia, bukankah itu layak dicoba?
Jadi, mari kita renungkan lagi. Apakah kita bekerja untuk hidup, atau hidup untuk bekerja? Bagaimana kita bisa membawa hal-hal positif dari budaya lain ke dalam keseharian kita? Mungkin jawabannya ada di antara fika, siesta, atau sekadar menghormati waktu lebih baik. Tapi pada akhirnya, semuanya kembali pada diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H