Di sela keraguan, ia menemukan kebahagiaan kecil. Senyum anak-anak di sekolah tempatnya mengajar, tawa riang mereka yang polos, perlahan meluruhkan kecemasannya. Ada sesuatu yang berbeda di sini, sesuatu yang membuatnya merasa lebih hidup.
---
Suatu sore, ia duduk di tepi sungai kecil. Air mengalir tenang, membawa dedaunan kering. Langit jingga memeluknya, memberi rasa damai yang jarang ia rasakan.
"Hidup ini seperti sungai," gumamnya, tanpa sadar berbicara pada dirinya sendiri. "Kita hanya perlu mengikuti arus, tidak melawan. Apa pun yang terjadi, pasti sudah ada yang mengatur."
Ia menarik napas panjang, melepaskan sedikit beban yang selama ini menghimpit dadanya. Dunia yang dulu asing mulai terasa akrab.
Pak Wira pernah berkata, "Kadang, yang kita butuhkan hanya keberanian untuk melangkah. Sisanya, biar Tuhan yang atur." Kata-kata itu kini terasa nyata.
---
Malam itu, ia menulis di buku hariannya:
"Hari ini aku sadar, skenario-Nya memang selalu lebih indah dari rencana kita. Mungkin aku belum tahu ke mana hidup ini akan membawaku, tetapi aku mulai percaya, setiap langkah adalah bagian dari cerita yang lebih besar. Suatu hari nanti, saat aku menoleh ke belakang, aku akan tersenyum dan bersyukur sudah berani melangkah."
---
Hari terus berganti. Anisa tak lagi meragu. Tempat yang dulu ia anggap asing kini menjadi ruang di mana ia menemukan makna hidup. Seperti sungai yang terus mengalir, ia belajar maju tanpa takut, percaya penuh pada skenario-Nya yang selalu indah.