Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Prediksi Tren Usaha 2025 untuk Gen Z: Dinamika, Peluang dan Tantangan

20 Desember 2024   04:07 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:42 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Langit Jakarta pagi itu cerah, tapi terasa panas. Saya duduk di salah satu kedai kopi kekinian, melihat sekelompok anak muda sibuk dengan laptop mereka. Sebagian tampak serius mengedit video, lainnya asyik berbincang sambil menunjuk layar ponsel. Ini generasi Z yang lahir di era digital, tumbuh di tengah disrupsi teknologi.

"Gen Z itu beda. Mereka nggak cuma cari produk, mereka cari pengalaman," ujar seorang teman, sambil menyeruput es kopi susu.

Saya mengangguk setuju. Sebagai kelompok usia yang kini mendominasi populasi konsumen, perilaku mereka jelas memengaruhi arah bisnis. Tapi, tren apa yang akan muncul di tahun 2025? Apa peluangnya bagi pelaku usaha?

1. Personal Branding dan Authenticity: Era Transparansi

Gen Z dikenal kritis. Mereka tak hanya melihat produk dari harga atau kualitas, tapi juga dari nilai yang diwakili sebuah brand. Authenticity atau keaslian menjadi kata kunci.

Lihat saja tren saat ini. Usaha kecil yang memanfaatkan cerita pribadi pendirinya cenderung lebih menarik perhatian mereka. Brand lokal dengan cerita perjuangan yang otentik? Itu magnet besar.

"Tapi otentik itu nggak bisa dibuat-buat," ujar teman saya. "Kalau mereka tahu bohong, selesai sudah."

Dan dia benar. Tahun 2025 akan semakin menekankan pentingnya personal branding yang jujur. Usaha yang berani menunjukkan sisi manusiawi---kesalahan, perjuangan, bahkan kekurangan---akan lebih mudah merebut hati Gen Z.

2. Sustainable Business: Lebih dari Tren, Ini Keharusan

Pagi itu, saya teringat sebuah video viral yang menunjukkan seorang anak muda menolak membeli produk dengan kemasan plastik sekali pakai. Reaksi netizen? Mayoritas mendukung.

Generasi Z sangat peduli pada isu lingkungan. Mereka rela membayar lebih untuk produk ramah lingkungan. Tahun 2025, bisnis yang mengadopsi prinsip keberlanjutan akan berada di garis depan.

Tapi ini tidak mudah. Tidak cukup hanya mencantumkan label "eco-friendly" di kemasan. Pelaku usaha harus membuktikan bahwa seluruh rantai produksinya benar-benar berkelanjutan.

"Ini tantangan besar," saya bergumam. Sebab, memulai usaha dengan prinsip keberlanjutan butuh modal lebih besar. Tapi jika dilakukan dengan benar, loyalitas Gen Z akan menjadi ganjarannya.

3. Digital-first Business: Platform adalah Segalanya

Generasi Z hidup di dunia digital. Mereka lebih sering mencari rekomendasi produk di TikTok daripada bertanya pada teman. Mereka percaya ulasan di media sosial lebih dari iklan.

"Kalau usahamu nggak ada di platform digital, kamu nggak ada," teman saya bergurau, tapi ada benarnya.

Tren tahun 2025 akan semakin mengarah ke digital-first business. Bisnis tanpa kehadiran online mungkin akan sulit bertahan. Bahkan, metode pemasaran tradisional perlahan akan digantikan oleh pendekatan berbasis konten.

4. Hyper-personalization: Melayani dengan Spesifik

Gen Z tidak suka digeneralisasi. Mereka ingin dipahami secara personal. Bisnis yang mampu menawarkan produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka akan lebih unggul.

"Misalnya, kamu jual skincare," teman saya mencoba menjelaskan. "Kalau kamu bisa bikin rekomendasi produk yang pas berdasarkan jenis kulit mereka, selesai. Mereka pasti beli."

Namun, tantangannya ada pada data. Untuk menawarkan personalisasi, bisnis harus mengumpulkan data konsumen dengan cara yang etis. Salah langkah sedikit saja, kepercayaan bisa hilang.

5. Wellness Economy: Kesehatan Fisik dan Mental Jadi Prioritas

Pandemi mengubah cara pandang banyak orang, terutama Gen Z, tentang pentingnya kesehatan. Wellness bukan lagi sekadar tren, tapi sudah menjadi gaya hidup.

Tahun 2025, usaha yang berhubungan dengan kesehatan mental, kebugaran, hingga makanan sehat akan semakin berkembang. Mulai dari aplikasi meditasi hingga gym berbasis komunitas, peluangnya terbuka lebar.

Tapi, tidak semua bisnis bisa masuk ke sektor ini. Butuh pengetahuan mendalam tentang kesehatan dan komitmen untuk memberikan nilai nyata kepada konsumen.

Refleksi dan Peluang

Langit mulai mendung. Kopi saya hampir habis.

"Tapi, apakah semua usaha bisa menyesuaikan diri dengan tren ini?" tanya teman saya, menatap keluar jendela.

Pertanyaan itu mengusik. Saya ragu sejenak, lalu menjawab, "Tidak semua. Tapi, mereka yang mau belajar dan beradaptasi punya peluang lebih besar untuk berhasil."

Bisnis di tahun 2025, khususnya untuk Gen Z, tidak hanya soal menjual produk. Ini soal bagaimana menciptakan hubungan, memahami kebutuhan, dan menawarkan solusi yang relevan.

Pada akhirnya, mungkin kita tidak harus sempurna. Tapi yang pasti, kita harus jujur, fleksibel, dan selalu mendengarkan. Sebab, di mata Gen Z, itu yang paling penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun