Pertama kali dengar film Tausiyah Cinta (TC) dari beranda facebook saya. Beberapa orang teman yang merupakan aktivis dakwah men-share jadwal tayang film tersebUT beserta dengan poster filmnya. Waktu itu sudah beredar di beranda FB saya sekitar akhir November, yang tertulis akan ditayangkan perdana tanggal 5 Desember 2015. Namun sampai dengan tenggat waktu penayangan film TC rupanya belum bisa masuk bioskop mainstream. Mungkin jadwal dari pihak XXI yang belum memungkinkan, padahal menurut saya pribadi di akhir tahun justru banyak film yang saya skip untuk menontonnya, kecuali mungkin STAR WARS.
Sampailah akhirnya tahun berganti. Saat mengecek jadwal film via 21cineplex.com, saya menemukan film TC tertera disana sebagai 'Now Showing'. Saat saya klik 'playing at' sayangnya di Jakarta hanya diputar di Blok M Square XXI saja. Maka saya pun mengubah kota pencarian, dan akhirnya saya menemukan film tersebut juga tayang di Bekasi. Jadilah pada tanggal 9 Januari 2016, pukul 14.40 saya menonton film TC di Mega Bekasi XXI.
Dari hasil menonton film tersebut ada beberapa hal yang ingin saya review, baik dari sisi kelebihan dan kekurangan film tersebut.
Kelebihan film TC :
1. Menurut saya film TC adalah the very islamic movie which I have seen at cinema. Jujur saja berbeda dengan film yang mengusung tag 'islami' namun pada kenyataannya berbeda, film TC dari awal sampai akhir benar-benar Islami. Semua pemain wanitanya tidak ada yang membuka auratnya, pemain laki-laki dan wanitanya tidak ada yang bersentuhan satu dengan yang lain, semua dikonsep dengan Islami dari awal sampai akhir. Itulah yang membedakan film TC dengan yang lain. Sangat ideal sekali dan sangat cocok diberi gelar film Islami pertama di bioskop.
2. Tontonan alternatif yang patut diapresiasi dengan baik. Film ini bukan hanya sekedar film yang berkesan cinta-cintaan, namun film ini memberikan banyak nasihat bagi penonton. Setiap ucapan dari tokoh utamanya adalah kalimat-kalimat yang penuh makna. Mungkin itu sebabnya film ini dinamakan film Tausiyah Cinta.
3. Kalimat-kalimat indah yang diucapkan para pemainnya. Jujur saja, selama kurang lebih 2 jam menonton film ini, ada beberapa kata-kata yang nyangkut di telinga saya. Seperti saat Rein dan adiknya melihat suami Rein sedang membaca Al-Qur'an, lalu Rein bilang "rupa ada batasnya tapi akhlak tidak". Itu sangat 'ngena' banget!! Belum lagi saat teman Azka bicara pada Azka, "Jomblo itu menegarkan tapi menikah itu menentramkan,". Kayak seolah saya ditampar bolak-balik.. hehehe... Masih banyak lagi kata-kata penuh hikmah di film ini yang sangat saya suka.
4. TC merupakan satu-satunya film bioskop yang menurut saya semua pemain yang beradegan membaca Al-Qur'an, mereka membacanya dengan amat sangat fasih. Biasanya film-film yang berlabel 'Islami' selama ini, pemainnya hanya membaca Qur'an pada bagian awal ataupun akhir. Itupun surat pendek dengan cara baca yang biasa saja. Namun di film TC semua pemainnya membaca Al-Quran dengan sangat fasih. Dimulai dari Kakak Lefan yang membaca surat di awal film, lalu ketika Azka sedang murojaah di Masjid, dan ketika surat Ash Shaff dibacakan oleh Alfian. Semua membacanya dengan amat sangat fasih. Jadi gak salah banget kalau film ini cocok disebut film 'Islami'.
5. Hadirnya Peggy Melati Sukma di film ini membuat film ini menjadi hidup. Ditambah lagi dengan Irwansyah dan Pak Igo Ilham yang juga walaupun muncul sedikit tapi aktingnya bagus. Hadirnya Hamas Izzudin juga mencuri perhatian saya, kelak dialah yang akan berperan sebagai Mas Gagah dalam film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) nanti. Akting Hamas pun bagus dan natural tapi memang masih perlu ditingkatkan.
Nah, sekarang giliran saya memberikan review negatifnya, terutama bagian skenarionya.
1. Skenarionya berantakannnn! Di awal film saya sempat berfikir bahwa konflik film ini akan berpusat pada cinta segitiga Lefan, Azka dan Rein, tapi nyatanya salah! Berikut bagian-bagian film yang bikin saya gregetan :
- Semua tokoh seakan dipaksakan untuk muncul. Munculnya Rein sebenarnya tidak berpengaruh banyak dalam film ini menurut saya, ada atau tidak ada Rein sepertinya tidak jadi masalah. Namun sepertinya sutradara dan penulis skenario 'memaksakan' Rein harus muncul sebagai 'pemanis'. Lefan hanya kenal Rein sebentar, tapi tau-tau Lefan sudah tau Murobbiyah nya Rein. Dan darimana pula Lefan tau proses taaruf, sedangkan di awal dia bilang kakaknya tidak pernah berdakwah di rumah.
- Kejadian Azka hampir ditabrak Lefan. Masa beberapa saat kemudian saat mereka bertemu di meeting, Lefan tidak mengenali Azka, dan reaksi Azka saat bertemu Lefan di meeting biasa-biasa saja gak ada kaget-kagetnya sedikit :)
- Tokoh Zaky Ahmad Rivai alias Alfian yang tiba-tiba muncul di tengah film dan tiba-tiba menjadi jodohnya Rein. Sangat mengganggu sekali. Jadi penambahan tokoh baru di tengah jalan membuat cerita semakin tidak jelas.
- Azka yang tiba-tiba kena pecahan kaca, padahal pada saat dia melihat-lihat ruang kelas tidak ada kejadian apa-apa. Tiba-tiba kaca pecah dan kena mata Azka. Soooooo drama. Ditambah lagi dengan munculnya tokoh Alfian, maka tokoh Azka semakin tidak jelas fungsinya untuk apa. Karena Azka hanya berhubungan dengan Lefan sebentar dan tidak ada hubungan apa-apa dengan Rein maupun Alfian.
- Pencarian jodoh buat Rein yang menurut saya terlalu dibuat-buat. Hanya dengan mendengar (baca :nguping) orang yang habis mengaji di Masjid, lalu ayah Rein mau menjodohkan Rein dengan dia. Namun akhirnya tidak ketemu dan digantikan Alfian yang cuma gara-gara menolong ayah Rein dari keserempet mobil. Gampang bener!
- Tokoh kakak Lefan di awal, yang disinggung Lefan tentang dakwahnya. Pada akhir film tidak ada solusi dari dai yang berdakwah di luar tapi meninggalkan keluarga sendiri. Dan mematikan tokoh kakak sepertinya hanya ingin menambah efek sedih, tapi sayangnya gak dapet! Efek sedih yang menurut saya agak kurang, saat Azka mengetahui ibunya koma, dan saat ibu Azka entah kenapa tiba-tiba jatuh koma.
- Tokoh ayah lefan yang juga perannya tidak jelas. Dan di akhir film pun tidak diceritakan ada apa dengan keluarga Lefan? Kenapa ibunya bisa sampai meninggal dan kenapa Lefan begitu benci dengan ayahnya sedangkan kakaknya biasa-biasa aja.
- Endingnya pun saya pikir juga kurang greget! Gak jelas Azka akhirnya gimana, Lefan gimana. Cuma Rein aja yang akhirnya happy ending. Mudah-mudahan ada sequelnya.
2. Akting para pemain yang masih kaku. Wajar sih karena ini mungkin film pertama mereka. Namun jika dibandingkan dengan akting Igo Ilham, Peggy Melati Sukma, Guru ngajinya Azka, dan Irwansyah, semuanya jadi kebanting. Satu yang mencuri perhatian saya adalah kakaknya Lefan, aktingnya lumayan bagus sebagai seorang pemula.
3. Pengambilan gambar yang agak kurang tepat, misalnya yang mengganggu saya adalah shoot gambar kaki Rein yang sedang bermain air. Maksudnya apa ya?
4. Tokohnya terlalu banyak. Misalnya setelah tokoh teman-temannya Rain di awal menghilang, ada lagi tokoh gak jelas saat sedang murojaah bergantian di masjid yang menutup murojaah. Lucu sih ini tokoh, tapi jadi gak jelas. Terus muncul lagi temen-temen azka, yang saya bisa hitung setiap beberapa adegan ada tokoh baru lagi :)
Â
Namun overall film ini bagus. Perlu untuk ditonton sebagai alternatif film Islami. Bagi saya seorang movie lover, menonton film Islami wajib banget! Hampir semua film Indonesia yang saya tonton di bioskop, semuanya film bergenre 'Islami'. Usaha sutradara dan kru serta sponsor yang berusaha mewujudkan film TC ini patut banget kita berikan apresiasi yang bagus. Walaupun skenarionya kedodoran tapi film ini masih layak untuk ditonton. Paling gak, film ini sebagai pemanasan sebelum menonton film Ketika Mas Gagah Pergi tanggal 21 Januari nanti. Mudah-mudahan film KMGP tidak seberantakan film TC.
Â
Kesimpulannya, maki kita berikan rating untuk film ini :
- skenario --> 2/10
- akting pemain baru : 7/10
- akting pemain senior dan artis : 9/10 (khusus Peggy dan Pak Ustadz Azka 10/10)
- gambar : 8/10
- music : 9/10
- overall : 7.5/10
Â
Semoga akan ada film seperti TC dengan skenario yang lebih bagus dan logis lagi***(yas)
Â
*Yass Ferguson is a movie lover who lives in Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H