Mohon tunggu...
Yasmin Tsabita
Yasmin Tsabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa ilmu Gizi di FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Waspada Anemia Defisiensi Besi! Bisa Menurunkan Prestasi Belajar Siswi!

11 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 11 Desember 2023   20:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Putri Sajida Khairillah Sri Mulyani,  Yasmin Tsabita, dan Robiana Modjo

Sering merasa pusing, lelah, dan tidak konsentrasi saat belajar? Bisa jadi gejala dari kondisi anemia atau kekurangan sel darah merah. Anemia atau kekurangan sel darah merah seringkali dikhawatirkan menurunkan tingkat prestasi akademik siswi. Siswi yang mengalami anemia akan sulit berkonsentrasi, lemas, dan mudah mengantuk sehingga performa belajarnya ikut menurun. Sulitnya berkonsentrasi membuat daya tangkap siswi kurang memadai sehingga materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah menjadi sulit untuk dipahami. 

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah Tahun 2018 oleh Siauta dkk yang menunjukkan bahwa siswi dengan anemia cenderung memiliki prestasi belajar kurang. Penelitian tersebut melibatkan 75 populasi siswi kelas 8, 9, dan 10 di SMP Negeri Kelila dan sampel yang digunakan adalah 52 orang. 

Anemia terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah anemia defisiensi besi. Sebelum membahas anemia defisiensi besi, apakah yang dimaksud dengan anemia? Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam darah, sehingga hemoglobin tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto, 2010).

Anemia sendiri merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Prevalensi anemia pada remaja putri di negara berkembang saat ini masih cukup tinggi yaitu 53,7% (WHO, 2018). Sedangkan di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri mencapai angka 32% (Riskesdas, 2018).  Anemia pada remaja putri disebabkan oleh beberapa faktor seperti kehilangan darah akibat menstruasi, kekurangan kadar zat besi dan asam folat, penyakit kronis, malaria, infeksi cacing tambang, serta keturunan atau genetik (WHO, 2014).

Anemia yang paling umum terjadi adalah anemia defisiensi besi. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi, padahal zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi untuk mengangkut dan mendistribusikan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Dalam kasus ini, remaja putri dikatakan anemia apabila memiliki kadar Hb <12 gr/dL. 

Apabila asupan zat besi tidak tercukupi, tubuh akan mengalami kesulitan dalam memproduksi hemoglobin sehingga jumlahnya tidak memadai dan oksigen tidak dapat terdistribusi dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkan remaja putri mengalami gejala yang disebut dengan 5L, yaitu lelah, lemah, letih, lesu, dan lunglai. 

Anemia pada remaja putri harus diperhatikan karena dapat berujung pada penurunan kesehatan dan prestasi sekolah. Kadar zat besi yang rendah berdampak pada kemampuan berpikir dan konsentrasi belajar, karena siswi yang mengalami anemia mudah merasa lelah. Disamping itu, anemia juga dapat menurunkan daya tahan tubuh yang menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan terserang penyakit sehingga tertinggal beberapa materi di sekolah.

Sebagai upaya pencegahan, remaja putri dapat mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) untuk memenuhi kebutuhan asupan zat besi dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini juga didukung dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, protein, dan vitamin C agar tubuh dapat membentuk hemoglobin serta menyerap zat besi dengan baik. 

Remaja putri dihimbau untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai Isi Piringku yang dianjurkan oleh Kemenkes RI yakni dalam satu piring terdiri dari makanan pokok atau sumber karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring, lalu dilengkapi dengan lauk pauk dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring, dan untuk setengah piring lainnya diisi dengan proporsi sayur-sayuran dengan porsi 2/3 serta buah-buahan dengan porsi 1/3. Remaja putri juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin secara berkala. 

Hubungan anemia defisiensi besi dan prestasi belajar siswi diperkuat dengan bukti-bukti penelitian yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siauta dkk juga menunjukkan bahwa 12 dari 52 orang siswi mengalami anemia dan 9 orang di antaranya atau 75% siswi dengan anemia memiliki prestasi belajar yang kurang sehingga bisa ditarik kesimpulan terdapat hubungan antara anemia dengan prestasi belajar pada siswi SMP Negeri Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah Tahun 2018. 

Anemia tidak boleh diabaikan jika tidak mau generasi muda Indonesia memiliki kualitas yang buruk. Hal ini dikarenakan penurunan prestasi belajar sejalan dengan penurunan produktivitas kerja SDM di masa yang akan datang. Maka dari itu masalah anemia harus segera diselesaikan dan dijadikan sebagai prioritas, terutama untuk remaja putri di daerah pedalaman agar program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dapat tercapai dengan baik dan dapat menurunkan angka anemia pada remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun