Ada banyak tempat menarik yang ingin kukunjungi. Sebagai seorang "pendatang" di kota Yogya, rasanya sayang sekali hanya menghabiskan waktu libur di asrama. Akhirnya akupun memutuskan berkunjung ke sebuah tempat. Tempat yang telah lama aku targetkan. Museum Affandi. Sebagi seorang penikmat seni tak cukup rasanya hanya membaca biografi para seniman terdahulu. Aku merasa harus datang. Ya! Akhirnya aku mengajak seorang teman untuk bertualang pertama kali menaiki transjogja dengan lokasi terjauh yang pernah kami kunjungi di Jogja. Kami berangkat dari halte di sebrang RS PKU. Transit di dekat Mirota Kampus. Yang menyenangkan dari Jogja adalah ongkos yang murah dan makanan murah. Cocok rasanya dengan kantong seorang pelajar SMA sepertiku.
Kami diturunkan di halte sebrang UIN. Tinggal jalan sedikit kami tiba di pintu masuk dengan plang bertulis Museum Affandi. Tiketnya seharga 10.000 untuk pelajar. Untunglah aku membawa KTP. Tapi sayang, harga 10.000 itu belum termasuk souvenir dan softdrink. Sementara selain pelajar harus membayar 20.000/tiket.
Kami berfoto di depan patung Affandi bertangan banyak. Ada topeng-topeng wajah Affandi. Patung besar itu dipasang di depan plang bertuliskan Cafe Loteng. Cafe, ya Cafe! Tapi sebenarnya dulu bangunan ini adalah rumah Affandi.
[caption id="attachment_367472" align="aligncenter" width="646" caption="Salah satu lukisan Affandi tentang masyarakat bawah"]
dari Galeri 2 kamu baru pergi ke galeri 1.
[caption id="attachment_367471" align="aligncenter" width="646" caption="The Colt Galant"]
Di galeri 2, banyak sekali lukisan potret wajahnya. Sampai sederet sendiri. Tapi yang paling menarik dari itu semua adalah mobil colt galant berwarna hijau muda ngejreng, rakitan Affandi sendiri.
Nah yang ini lukisan ibunya Affandi tengah melangkah masuk ke kamar dengan wajah sedih. Sedih karena mendengar Affandi akan pergi melanjutkan kuliahnya di luar negri.
Kalau yang ini foto Affandi menggendong cucu pertamanya. Penggambaran Affandi yang telanjang dan menggendong cucunya yang masih bayi dimaksudkan untuk menunjukkan kedekatan dengan sang cucu harus dimulai sejak dini dan intens. Begitulah kira-kira yang ditulis di keterangan samping gambar.
[caption id="attachment_367485" align="aligncenter" width="646" caption="Piagam Affandi"]
>Piagam-piagam Affandi , penghargaan kusus dari sang presiden kepada Affandi sebagai seorang seniman. Dan ada kaus belel yang dipakai Affandi selama melukis. Rupanya seniman nyentrik yang satu ini selalu melukis sampai catnya tumpah ke celana dan kausnya. Bila melihat fotonya tampak Affandi bergelimangan cat warna-warni. Dia basa memakai topi bila melukis.
[caption id="attachment_367486" align="aligncenter" width="646" caption="Lukisan para lansia, Affandi terkenal pantang melukis orang terkenal"]
> potret para lansia yang Affandi lukis.
[caption id="attachment_367487" align="aligncenter" width="646" caption="Studio Gajah Wong"]
Kami lanjut ke studio Gajah Wong. Ada dua studio. Pertama tempat cucunya Affandi, Didit, menyimpan karya-karyanya. Bayangkan saja cucunya saja sudah setua itu, seperti apa Affandi bila masih hidup sekarang? Imajinasiku iseng berkelana.
Potret Gajah Mada, atau Gatot Koco? Hm.. Di sini tidak hanya cucunya Affandi, rupanya banyak juga lukisan murid-muridnya.
[caption id="attachment_367490" align="aligncenter" width="646" caption="Warisan Affandi..."]
>Buku ini, awalnya kupikir cuma album biasa. Tapi ternyata buku katalog. Aku takjub sekali melihat harga lukisan yang bisa mencapai 100 juta. Banyak foto Didi sedang melukis di tempat-tempat spektakuler seperti London Bridge, Austria dan lain sebagainya.
Ini studio 2. Tempat les melukis kusus anak-anak. Banyak yang berlatih langsung melukis wajah Affandi. Haha. Lihat saja cat dan palet kotor ini. So, bagi para orangtua yang anak-anaknya punya bakat melukis dan mau mengasahnya lebih dalam bisa didaftarkan les di sini.
[caption id="attachment_367493" align="aligncenter" width="646" caption="Studio Gajah Wong II"]
>Ini tower yang menuju lantai atas rumah Affandi.
Di sini tempat dijual souvenir dari museum. Wah.., uniknya rajutan-rajutannya.
[caption id="attachment_369013" align="aligncenter" width="672" caption="waw.. rajutannya!"]
Di salah satu ruangan merupakan bekas ruang keluarga. Dan ini mading berisi potongan-potongan koran berita tentang Maryati istri Affandi. Ternyata ia juga sangat master dalam melukis. Salah-satu foto menunjukkan ia bersama orang-orangtua y
>Di lantai atas aku dan Ninda mengintip kamar tidur Affandi dan istrinya,.
Oke, next, di Galeri terakhir kami mendapati satu ruangan tanpa sudut kaku sedikitpun. Arsitektur ruangan ini sangat artistik. Di dindingnya terpasang lukisan-lukisan bertema sama. Politik pemilu presiden Indonesia tahun 2014.
Ketika tiba waktu zuhur kami bergegas mencari tempat solat. Ini dia tempatnya! Sebuah gerobak yang dimodifikasi oleh Affandi menjadi sebuah kamar lengkap dengan dapur dan toiletnya. Dibangun atas permintaan Maryati sang istri. Maksud dari bentuk gerobak ini adalah meniru gaya caravan yang biasa dipakai oleh para pioneer di Amerika. dahulu kamar ini biasa dipakai untuk istirahat. Dahulu kamar ini biasa dipakai untuk istirahat siang. Tapi kini ruangan ini diubah fungsi dan desig interiornya menjadi musola untuk pengunjung.
[caption id="attachment_369030" align="aligncenter" width="600" caption="karavan tempat solat"]
>>Time for lunch!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H