Ketika tiba waktu zuhur kami bergegas mencari tempat solat. Ini dia tempatnya! Sebuah gerobak yang dimodifikasi oleh Affandi menjadi sebuah kamar lengkap dengan dapur dan toiletnya. Dibangun atas permintaan Maryati sang istri. Maksud dari bentuk gerobak ini adalah meniru gaya caravan yang biasa dipakai oleh para pioneer di Amerika. dahulu kamar ini biasa dipakai untuk istirahat. Dahulu kamar ini biasa dipakai untuk istirahat siang. Tapi kini ruangan ini diubah fungsi dan desig interiornya menjadi musola untuk pengunjung.
[caption id="attachment_369030" align="aligncenter" width="600" caption="karavan tempat solat"]
[/caption]
>>Time for lunch!
Aku dan Ninda mulanya berniat makan siang di luar areal museum. Namun niat itu kami urungkan. kami ingin merasakan sensasi makan di Cafe Loteng. Cukup membeli 2 piring mie goreng. Dan kalian tahu apa? Rupanya siang ini adalah jadwal makan siang bersama keluarga besar Affandi. Sebelumnya aku bertanya pada pegawai cafe. Ya benar, pantas saja ada meja panjang dan piring serta garpu keramik ditata cantik di tengah ruangan terbuka. Rasanya jantungku berdebar-debar melihat seorang nenek duduk di kursi rodanya. Memakai topi putih rajutan lebar untuk piknik. Rambutnya putih seputih salju. Ya! Mungkinkah itu Kartika? Anak Maryati dan Affandi? Aku dan Nindya berbisik-bisik menduga karena malu bertanya pada pegawai cafe. Baiklah rasanya masih penasaran untuk tahu lebih jauh siapa Affandi, lebih baik cari di google. Dan bagi kalian yang semakin penasaran setelah melihat artikelnya, langsung datang saja ke Museum Affandi di
Jalan Laksda Adisucipto, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia. Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya