Orang tua terkadang menanggapi ketakutan ini dengan ketidakpedulian atau sarkasme sehingga menyebabkan remaja yang terintimidasi untuk menyembunyikan ketakutan dan kesusahan mereka atau bahkan berpura-pura tidak memiliki permasalahan tersebut yang dapat mengakibatkan fobia sosial atau serangan panik pada masa remaja.
Perceraian orang tua secara signifikan terkait dengan depresi anak yang lebih tinggi. Hidup dalam keluarga dengan orang tua tunggal sering kali melibatkan sumber daya yang terbatas, baik finansial atau sosial (dukungan dan pengawasan orang tua), hal tersebut berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih buruk pada keturunannya, seperti depresi.Â
Hal ini juga mengakibatkan berkurangnya waktu yang dihabiskan dengan salah satu orang tua. Contohnya, ketidakhadiran ayah dapat mempengaruhi penyesuaian psikologis anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan. Anak laki-laki cenderung membutuhkan panutan laki-laki selama masa remaja.Â
Anak-anak yang tinggal dengan salah satu orang tuanya tidak mengalami lebih banyak ide bunuh diri dibandingkan dengan teman sebayanya namun anak-anak yang hidup tanpa orang tua memiliki stres yang lebih tinggi dan risiko yang lebih tinggi untuk gangguan mental (ide bunuh diri) daripada mereka yang hidup dengan orang tua tunggal.
Mengingat kemungkinan gangguan yang meningkat setelah perceraian orang tua, kebutuhan akan tindakan pencegahan menjadi sangat penting. Kesehatan mental remaja dengan orang tua bercerai harus dirawat secara ekstensif oleh guru dan pengasuh. Selain pengobatan standar seperti pengobatan antidepresan dan terapi perilaku kognitif, strategi pengobatan (pendukung) lainnya juga diperlukan.
 Misalnya, intervensi keluarga yang bekerjasama dengan layanan sosial jika diperlukan. Memperkuat kepekaan orang tua yang berfungsi sebagai penyangga terhadap risiko depresi di masa depan untuk anak-anak. Psikolog dan manajer kesehatan di sekolah harus mengadopsi pemantauan yang lebih dekat dan melakukan pendekatan yang menyesuaikan dengan permasalahan anakÂ
untuk memberikan "figur pengganti" yang tidak diragukan lagi dapat mengurangi kemungkinan kecemasan, dan depresi karena anak/remaja merasa ada yang memahami perasaan mereka.Â
Bagi remaja yang mengalami ide bunuh diri, memiliki perasaan yang rendah dapat menjadi target pengobatan yang penting dalam psikoterapi. Intervensi yang berfokus pada peningkatan rasa memiliki dengan mendukung interaksi keluarga, memperkuat hubungan teman sebaya yang positif atau membina hubungan dengan mentor/orang dewasa lainnya mungkin bermanfaat untuk mengurangi risiko bunuh diri remaja.
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian orang tua dapat memengaruhi kesehatan mental remaja. Remaja yang orang tuanya bercerai memiliki ketakutan dan penghindaran sosial, depresi, dan ide bunuh diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perlunya program pencegahan yang memadai untuk mendukung anak-anak dan orang tua selama masa sulit secara emosional tersebut.
Kata Kunci: Perceraian, Kesehatan Mental, Remaja, Orang Tua, Depresi