Mohon tunggu...
Yasmin khoirunnisa
Yasmin khoirunnisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

aku siswa MTsN 1 kota Malang. mempunyai hobi 3M (Membaca, Menulis, Menggambar). aku suka baca novel, menulis cerita fiksi, dan menggambar tidak jelas dan sangat random. kalau di kelas aku suka tidak jelas dan kalau belum kenal saya sangat introvert.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Primadona Sekolah (7)

6 Maret 2024   10:28 Diperbarui: 6 Maret 2024   10:37 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"RIANA!!!" Teriak Daniel sambil memeluk Akira.

"APA YANG KAMU LAKUKAN TERHADAP AKIRA?!!!" Daniel kembali berseru marah kepada Riana, gadis tersebut hanya menunduk.

"A-aku....aku tidak melakukan apapun..." Jawab Riana dengan rasa takut yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

"Jangan alasan! Sudah jelas bahwa kamu memukul perut Akira!! Lihatlah wajahnya yang takut dan badannya yang gemetar!" Daniel tetap memeluk Akira. Riana menunduk dalam-dalam.

"oh? sekarang kamu diam? kenapa? kehabisan kata-kata?" Daniel tetap memasang wajah marah.

"Ketua OSIS! Bagaimana jika kita keluarkan Riana dari sekolah ini?! dia sangat mengganggu ketenangan kita!" Para siswa bersorak membenarkan siswa yang berbicara tadi. Daniel diam sebentar dan melihat kerumunan siswa, jantung Riana berdetak kencang.

"Tidak...aku tidak akan mengeluarkan Riana dari sekolah ini" 

"Kenapa?!! Dia hanyalah beban yang menyalahkan Akira!!" 

"Aku akan mencari kesalahan yang dilakukan Riana kepada Akira" 

Semua siswa diam lalu setuju dengan Daniel, Akira yang sedang dalam pelukan Daniel menyeringai bahagia. Riana hanya ter tunduk dan diam di lantai, Molan yang ada di belakangnya membantu Akira untuk duduk di sofa sambil menenangkan nya. Masalah ini sangat rumit untuk Riana, tidak ada yang membantu maupun membela Riana, Riana keluar dari Ruang OSIS dengan cacian yang keluar dari mulut siswa lain, Ia pergi ke kelasnya dan duduk sendirian di sana sedangkan siswa lain sedang menenangkan Akira di ruang OSIS.

Keesokan harinya saat Riana berangkat pagi-pagi sekali ia mendengar suara kucing, tapi ia menghiraukan nya mengira bahwa itu hanya kucing yang biasa berkeliaran di sekolahnya, tapi suara kucing itu terdengar lagi dan Riana merasakan getaran yang aneh di lehernya, tapi tiba-tiba muncul kucing di depan kelas yang sedang menatap tajam ke arah Riana dan Riana pun ter sadar bahwa itu adalah kucing yang di bicarakan oleh Daniel tapi Riana ragu untuk pergi ke ruang OSIS. Beberapa saat kemudian kucing itu mengeong lagi dan tetap menatap tajam ke arah Riana, Riana pun menghela nafas lalu berdiri dan berjalan ke ruang OSIS bersama kucing itu. Sesampainya Riana di ruang OSIS, Daniel dan guru yang kemarin sedang duduk dan membicarakan sesuatu.

"Permisi..." Riana masuk dan berdiri di ambang pintu, Daniel dan Molan melihat ke arah Riana lalu terdiam.

"Kenapa kamu tidak langsung pergi ke sini? bukankah aku sudah memberi tau tentang suara kucing itu?"

"O-oh...suara kucing yang tadi? maaf...aku mengira itu kucing yang lain, tapi...aku merasakan getaran yang aneh di leherku" Riana menyentuh lehernya.

"Itu alat yang aku pasang kemarin...itu juga bisa sebagai alat pelacak"

"Oh baiklah....aku ingin kembali ke kelas, jadi tolong cepat untuk memberi tahu" Riana menunduk kembali dan menyentuh alat yang ada di lehernya. Wajah Daniel dari tenang menjadi bingung.

"Riana...Apa yang terjadi? jangan-jangan kamu marah karena hal yang kemarin?" Daniel sedikit menggoda, Riana.

"Tidak...aku hanya banyak pikiran saja"
 
Daniel dan Molan saling pandang lalu Molan membantu Riana untuk duduk dan memberinya air.

"Tenanglah sebentar, Riana...minumlah ini" Molan tersenyum dan duduk di sebelah Daniel, Riana pun meminumnya lalu menunduk kembali.

"Jadi...apa yang akan kalian bicarakan?"

"tentang Akira...Pak, Molan sempat memegang perutnya kemarin dan dia tidak menemukan bekas pukulan apapun"

"Bisa saja aku memukulnya tanpa ada bekas kan?" Riana menyela, Daniel menggelengkan kepalanya lalu menoleh ke arah Molan.

"Biasanya akan ada warna atau tidak lecetan yang terdapat di perutnya dan dia juga berkata bahwa kamu memukul perutnya dengan keras kan? Jika kamu memukul perutnya dengan keras maka perutnya akan sedikit lebam." Pak Molan menjelaskan.

"Kalau begitu...aku bisa pergi kan?"

"Tidak!!" tiba-tiba Daniel melihat Riana dengan wajah marah, Riana terkejut tapi Daniel mulai tertawa.

"Apa?" Riana mulai melihat Daniel dengan kesal.

"Tidak ku sangka akting ku bisa membuat mu takut seperti ini" Daniel tertawa kembali, Riana menghela nafas lalu berdiri dam membuka pintu dan berjalan keluar.

"Riana! tunggu sebentar!!" Daniel memanggil Riana sekali lagi.

"Apa?!" Daniel menekan leher Riana. 

Bersambung

Apa yang akan dilakukan Daniel? apakah Daniel akan melakukan sesuatu pada Riana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun