"Permisi..." Riana masuk dan berdiri di ambang pintu, Daniel dan Molan melihat ke arah Riana lalu terdiam.
"Kenapa kamu tidak langsung pergi ke sini? bukankah aku sudah memberi tau tentang suara kucing itu?"
"O-oh...suara kucing yang tadi? maaf...aku mengira itu kucing yang lain, tapi...aku merasakan getaran yang aneh di leherku" Riana menyentuh lehernya.
"Itu alat yang aku pasang kemarin...itu juga bisa sebagai alat pelacak"
"Oh baiklah....aku ingin kembali ke kelas, jadi tolong cepat untuk memberi tahu" Riana menunduk kembali dan menyentuh alat yang ada di lehernya. Wajah Daniel dari tenang menjadi bingung.
"Riana...Apa yang terjadi? jangan-jangan kamu marah karena hal yang kemarin?" Daniel sedikit menggoda, Riana.
"Tidak...aku hanya banyak pikiran saja"
Â
Daniel dan Molan saling pandang lalu Molan membantu Riana untuk duduk dan memberinya air.
"Tenanglah sebentar, Riana...minumlah ini" Molan tersenyum dan duduk di sebelah Daniel, Riana pun meminumnya lalu menunduk kembali.
"Jadi...apa yang akan kalian bicarakan?"
"tentang Akira...Pak, Molan sempat memegang perutnya kemarin dan dia tidak menemukan bekas pukulan apapun"
"Bisa saja aku memukulnya tanpa ada bekas kan?" Riana menyela, Daniel menggelengkan kepalanya lalu menoleh ke arah Molan.