- Pendahuluan
Teknologi informasi sangat berperan aktif dalam proses kelancaran aktifitas manusia sehari-hari. Teknologi informasi membuat sebagian orang meninggalkan informasi secara manual yang membutuhkan proses yang lebih lama. Penggunaan teknologi informasi yang tepat dapat membantu dalam mencari informasi dengan lebih cepat. Basis data atau database merupakan salah satu bagian penting dari penerapan teknologi informasi.
Basis data merupakan kumpulan beberapa data yang saling berelasi antara satu dengan yang lain sehingga data tersebut dapat dimanipulasi, ditampilkan dan dicari dengan cepat. Data merupakan fakta mengenai objek, orang dan lainnya yang dinyataka dengan nilai angka, karakter maupun simbol. Selain berisi sebuah data, basis data juga berisi metadata. Model basis data relasional merupakan suatu cara untuk merepresentasikan model data dalam perancangan basis data dimana model dari basis data relasional didasarkan pada record (Wijaya, 2021).
Database dalam Dunia Perbankan
- Sejarah Database dalam Dunia Perbankan
Penggunaan database dalam dunia perbankan telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal penerapannya. Berikut adalah garis besar sejarahnya:
1960-an: Era basis data terkomputerisasi dimulai. Pada masa ini, bank mulai menggunakan komputer untuk menyimpan dan mengelola data, menggantikan sistem manual yang kurang efisien (Arkan, 2023).
1970-an: Pengenalan sistem manajemen basis data (DBMS) yang memungkinkan bank untuk mengelola data dengan lebih terstruktur dan aman. DBMS membantu dalam penyimpanan, pengambilan, dan pengelolaan data secara lebih efisien.
1980-an: Database relasional menjadi dominan. Model data ini menggunakan tabel yang terdiri dari baris dan kolom, dan sebagian besar menggunakan SQL (Structured Query Language) untuk mengelola data. Ini memungkinkan bank untuk menangani volume data yang lebih besar dan lebih kompleks (Revel, 2021).
1990-an: Peningkatan penggunaan ATM (Automated Teller Machine) dan layanan perbankan elektronik lainnya. Database digunakan untuk sinkronisasi data antara kantor cabang dan pusat, serta untuk mendukung transaksi real-time (Karmawan, 2017).
2000-an: Munculnya database non-relasional (NoSQL) yang menawarkan fleksibilitas lebih dalam menangani berbagai jenis data. Ini sangat berguna untuk analisis data besar dan aplikasi yang membutuhkan skala besar (Revel, 2021).
Saat Ini: Penggunaan database dalam perbankan semakin canggih dengan integrasi teknologi seperti big data, machine learning, dan blockchain. Ini memungkinkan bank untuk menawarkan layanan yang lebih personal dan aman kepada pelanggan mereka (Karmawan, 2017).
- Fungsi Database dalam Dunia Perbankan
Tentu saja penggunaan database memiliki beberapa fungsi atau kegunaan, antara lain:
Pengelolaan Transaksi: Database membantu dalam mencatat dan memproses transaksi keuangan, termasuk setoran, penarikan, transfer, dan pembayaran. Ini memastikan bahwa semua transaksi dicatat secara akurat dan dapat diakses secara real-time (Veronika, 2024Â).
Kepatuhan Regulasi: Bank harus mematuhi berbagai regulasi dan standar industri. Database membantu dalam menyimpan dan mengelola data yang diperlukan untuk kepatuhan, seperti laporan keuangan, catatan audit, dan dokumentasi kepatuhan.
Keamanan Data: Database menyediakan mekanisme keamanan untuk melindungi data sensitif dari akses yang tidak sah. Ini termasuk enkripsi data, kontrol akses, dan audit log untuk melacak aktivitas pengguna (Putri, 2024).
Integrasi Sistem: Database memungkinkan integrasi antara berbagai sistem perbankan, seperti sistem manajemen nasabah (CRM), sistem pembayaran, dan sistem manajemen risiko. Ini memastikan bahwa data dapat diakses dan digunakan secara konsisten di seluruh organisasi (Wong, 2023).
- Jenis Database dalam Dunia Perbankan
Berikut adalah beberapa jenis database yang umum digunakan dalam dunia perbankan beserta sumber web yang relevan:
Database Relasional (RDBMS - Relational Database Management System): Jenis database ini menggunakan tabel untuk menyimpan data dan memungkinkan hubungan antara tabel-tabel tersebut. Contoh RDBMS yang populer adalah MySQL, PostgreSQL, dan Oracle Database.
Database NoSQL (Not Only SQL): Database ini dirancang untuk menangani data yang tidak terstruktur dan sangat besar. NoSQL menawarkan fleksibilitas dalam penyimpanan data dan sering digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan skala besar. Contoh NoSQL adalah MongoDB, Cassandra, dan Redis.
Database Terdistribusi: Database ini terdiri dari beberapa situs yang tersebar di berbagai lokasi tetapi tetap terhubung dalam satu jaringan. Ini memungkinkan data untuk disimpan dan diakses dari berbagai tempat secara efisien.
Database Berorientasi Objek: Jenis database ini menyimpan data dalam bentuk objek, seperti dalam pemrograman berorientasi objek. Ini memungkinkan penyimpanan data yang lebih kompleks dan mendukung integrasi dengan bahasa pemrograman berorientasi objek.
Data Warehouse: Data warehouse digunakan untuk menyimpan data historis yang besar dan digunakan untuk analisis bisnis. Ini memungkinkan bank untuk melakukan analisis data yang mendalam dan menghasilkan laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan strategis.
Database Operasional (Real-Time): Database ini digunakan untuk memproses transaksi secara real-time, memungkinkan pembaruan data secara langsung. Ini sangat penting untuk aplikasi perbankan yang memerlukan respons cepat, seperti sistem ATM dan perbankan online.
Database Analitik: Database ini dirancang untuk menyimpan dan mengelola data besar untuk analisis bisnis. Ini dioptimalkan untuk query yang cepat dan skalabilitas, membantu bank dalam analisis data pelanggan dan pasar (Putri, 2024).
Setiap jenis database memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemilihan jenis database yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan spesifik dari aplikasi perbankan yang digunakan.
- Kesimpulan
Teknologi informasi, khususnya basis data (database), memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengolahan informasi. Basis data memungkinkan penyimpanan, manipulasi, dan pencarian data dengan cepat, yang sangat membantu dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam dunia perbankan, penggunaan database telah berkembang pesat sejak era 1960-an, mulai dari penggunaan komputer untuk menggantikan sistem manual hingga integrasi teknologi canggih seperti big data, machine learning, dan blockchain. Sejarah perkembangan ini menunjukkan bagaimana database telah menjadi tulang punggung operasional bank, memungkinkan pengelolaan data yang lebih efisien dan aman.
Fungsi utama database dalam perbankan meliputi pengelolaan transaksi, kepatuhan regulasi, keamanan data, dan integrasi sistem. Database membantu bank mencatat dan memproses transaksi secara real-time, memastikan kepatuhan terhadap regulasi, melindungi data sensitif, dan mengintegrasikan berbagai sistem perbankan untuk memastikan konsistensi data. Dengan demikian, database tidak hanya membantu bank dalam mengelola data dengan lebih efisien dan aman, tetapi juga memungkinkan mereka untuk menawarkan layanan yang lebih personal dan responsif kepada pelanggan.
Dalam dunia perbankan, terdapat berbagai jenis database yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Jenis-jenis database ini meliputi database relasional (RDBMS) yang menggunakan tabel untuk menyimpan data, database NoSQL yang dirancang untuk menangani data tidak terstruktur dan sangat besar, serta database terdistribusi yang memungkinkan penyimpanan dan akses data dari berbagai lokasi. Selain itu, terdapat database berorientasi objek yang menyimpan data dalam bentuk objek, data warehouse yang digunakan untuk analisis bisnis, database operasional (real-time) yang memproses transaksi secara langsung, dan database analitik yang dioptimalkan untuk analisis data besar. Setiap jenis database memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemilihan jenis yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan spesifik aplikasi perbankan yang digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H