Mohon tunggu...
yasmin dalila
yasmin dalila Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Yang Tertunda

21 November 2024   10:01 Diperbarui: 21 November 2024   19:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

********
Sesampainya dirumah, aku memberitahu ayah bahwa aku mendapat peringkat pertama siswa eligible. Aku kembali menanyakan kepada ayahku apakah aku boleh melanjutkan kuliah atau tidak. Dan jawabannya tetap sama, ia tetap melarangku. Terpaksa, dengan hati yang penuh dengan rasa sedih dan kecewa, aku mengundurkan diri dari daftar siswa eligible sekolah.

 Tetapi tidak sampai disitu, setelah kelulusan aku mengikuti seleksi nasional berdasarkan tes. Kali ini, aku tidak memberi tahu ayahku bahwa aku mengikuti ujian tersebut. Aku akan memberi tahu ayah ketika aku sudah lulus seleksi. 

*****
Pengumuman seleksi telah diberikan. Aku lolos kedokteran UNAIR. Bergegas aku menuju ayahku untuk memberikan kabar bahagia tersebut. "Ayah! lihat ayah, aku lolos kedokteran UNAIR! ayah akan mendukungku kan sekarang?" Ayah nampak terkejut. "Apa? Tidak! kamu tetap tidak boleh kuliah! percuma saja jika ujung ujungnya cuma menikah dan hanya di dapur. Tidak usah kuliah kamu! Ayah tidak akan membiayai kuliahmu."


Aku sangat kecewa karena perkataan ayah. Aku pergi dari rumah dan menuju tempat pemakaman umum. Aku memeluk nisan berwarna hitam dengan air mata mengalir sangat deras dan membasahi pipiku. "Ibu, mengapa ayah begitu. Aku hanya ingin kuliah bu, mengapa susah sekali." Ibuku telah meninggalkan dunia sejak aku kelas 6 sd. Dan sejak saat itu tempat ini menjadi tempat ternyaman untuk aku bercerita.

 Aku melamun memikirkan apa yang harus ku lakukan selanjutnya. Tak lama kemudian aku mendapatkan ide. Aku merasa tak boleh menyerah begitu saja.

******
Aku akhirnya membuka tempat les dan mencari uang untukku mendaftar kuliah. Tentunya aku juga tak lupa untuk selalu belajar. Setelah uangku terkumpul, aku memberi tahu ayah bahwa aku masih ingin untuk kuliah. Aku juga memberi tahu ayah bahwa aku akan kuliah menggunakan uang hasil kerja kerasku selama ini. Melihat kerja keras dan usahaku selama ini, hati ayah akhirnya luluh dan mengizinkan aku untuk kuliah.

 "Baiklah nadira, kamu sudah bekerja keras selama ini. Pemikiran ayah ternyata salah, perempuan pintar sepertimu juga berhak untuk melanjutkan pendidikanmu nak. Ayah mengizinkanmu untuk kuliah tetapi dengan syarat kamu harus kuliah di kota kita sendiri. Kota Mojokerto. Kamu kuliah di Universitas Terbuka Kota Mojokerto saja ya nak. Ayah juga akan menambah uangmu untuk kebutuhan kuliahmu." Aku lega mendengar perkataan ayah tersebut. 

"Baiklah ayah, terima kasih karena telah mengizinkan aku untuk kuliah. Aku janji akan membanggakan ayah setelah lulus nanti." Aku sangat bahagia karena ayah telah mendukungku untuk kuliah.

*****
Aku akhirnya tidak kuliah pada jurusan kedokteran. Aku menempuh pendidikan guru dan berhasil lulus dengan nilai tertinggi. Kini aku menjadi seorang guru yang tak lelah mengajarkan ilmu kepada para muridku.

 Aku tidak sedih karena tidak menjadi dokter. Karena sekarang aku menyadari bahwa guru juga merupakan profesi yang sangat berjasa seperti dokter. 

Aku bahagia karena akhirnya ayah mendukungku dan sadar bahwa pendidikan merupakan hal yang penting tidak memandang lelaki maupun perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun