Untuk itu orang tua tidak perlu panik, jika merasa anaknya terlambat membaca, kurang pintar dan sebagainya. Cukup dampingi anak dengan penuh kasih dan berikan contoh, bahwa kita pun suka membaca. Pun, literasi bukan berarti anak harus membaca semua jenis buku bacaan, namun dapat dimulai membaca buku yang berkaitan dengan hobinya. Misalkan, jika anak menyukai tentang musik, anak dapat dibelikan buku bacaan yang berkaitan dengan musik, atau jika mereka menyukai sains, anak dapat membaca buku yang menyediakan langkah-langkah melakukan eksperimen sederhana. Di era digital orang tua dapat mengemas kegiatan literasi melalui teknologi yang disesuaikan dengan usia anak.Â
Hari Literasi Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 September ditetapkan oleh UNESCO menjadi momen untuk merayakan dan merefleksikan kembali progam-program berkaitan dengan pengembangan literasi sebagai bagian penting dari pembelajaran sepanjang hayat yang terdapat dalam Agenda Pendidikan 2030. Â
Sebagaimana Tahun 2017 lalu, UNESCO mengambil tema 'Literacy in a digital world' untuk merespons kebutuhan literasi di zaman serba digital saat ini. Dari tema ini, dapat kita lihat bagaimana dunia internasional melihat pentingnya untuk menggali strategi pengembangan kompetensi literasi yang mempertimbangkan pergeseran media informasi dari cetak/luring (offline) ke digital/daring (online).Â
Kompetensi literasi digital dan media ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang menekankan kepada integrasi berbagai jenis media dalam pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.  Oleh karena itu, sangat penting ketika berbicara mengenai isu literasi untuk melihatnya dalam konteks dunia global dan digital (globalised dan digitalised world) yang dinamis dan tanpa batas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H