Mohon tunggu...
ERA SOFIYAH
ERA SOFIYAH Mohon Tunggu... Penulis - AKU ADALAH AKU BUKAN KAMU DIA ATAU MEREKA, KITA ADALAH SATU DAN KAMI BERSAUDARA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

AKU ADALAH AKU BUKAN KAMU DIA ATAU MEREKA, KITA ADALAH SATU DAN KAMI BERSAUDARA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga, Surga Literasi Sepanjang Hayat

27 September 2019   11:51 Diperbarui: 29 September 2019   15:04 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi nol buku akan melahirkan generasi nol gagasan. Generasi nol gagasan akan berakibat lahirnya generasi nol inisiatif. Generasi nol inisiatif akan menyebabkan tumbuh suburnya generasi nol kepedulian. Pada akhirnya, generasi nol buku akan menghentikan laju peradaban karena menulis adalah mengukir peradaban dan membaca adalah merawat atau menghidupkan peradaban itu sendiri. 

Maka, dengan sendirinya peradaban kita akan pincang jika generasi muda tidak gemar membaca. Kemiskinan literasi sama dengan kemiskinan pendidikan, kemiskinan akses, kemiskinan politik, dan kemiskinan tekhnologi. 

Begitu pentingnya membaca dalam dunia pendidikan, sekolah Belanda tempo dulu juga mewajibkan muridnya membaca 25 judul buku hingga lulus. Dampaknya dapat kita lihat pada tokoh-tokoh pendiri bangsa yang pernah "mencicipi" sistem pendidikan sekolah Belanda dulu. Mereka memiliki kekuatan intelektual yang baik seperti tertuang dalam berbagai karya tulisnya. 

Menumbuhkan cinta membaca menjadi tantangan besar bagi masyarakat Indonesia abad ini jika kita bercermin pada berita tragedi nol buku anak Indonesia. Anak yang terbiasa dengan budaya membaca dan menulis (literasi) dalam keluarga maka ia akan membawa kebiasaan tersebut sampai kapan pun, karena contoh dan keteladan yang utama bagi anak adalah keluarga. 

Keluarga adalah  surga, tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis bagi anak (literasi emergen). Hal ini di karenakan situasi dalam keluarga yang nyaman, aman, hangat dan menyenangkan yang dapat memicu pertumbuhan literasi bagi anak dengan cepat dan subur. 

Sebagaimana banyak fakta terungkap, bahwa tak sedikit anak dari berbagai kalangan termasuk dari keluarga kurang mampu, mereka dapat lebih berprestasi dari teman-teman sebayanya yang lebih berkecukupan secara materi, terlepas dari apa pun latar belakang keluarga mereka. Tak lain karena mereka secara teratur membaca buku-buku, surat kabar, dan bacaan lain di luar sekolah. 

Dari sebuah penelitian di Amerika Serikat, diketahui bahwa 1.200 orang yang kini meraih sukses memiliki satu hobi yang sama, yaitu membaca. Bahkan kabarnya, orang-orang terkaya dunia juga mengaku, salah satu kunci kesuksesan mereka adalah dengan membaca. Salah satunya Bill Gates yang tidak pernah menyelesaikan kuliah, tapi mampu membangun Microsoft hanya dengan banyak membaca. "Di kantor, di rumah, maupun di jalan, aku selalu memiliki sekumpulan buku yang akan aku baca'', kata Gates yang mengaku membaca 50 buku setiap tahunnya. 

Sementara itu, miliarder Warren Buffet bahkan menyatakan, ia selalu membaca lebih dari lima ratus hingga seribu halaman per hari, serta lebih suka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk 'bersembunyi' di ruang kantornya untuk membaca. 

Sejauh ini pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mensosialisasikan GLN -Gerakan Literasi Keluarga- antara lain kemendikbud melalui direktorat pembinaan pendidikan keluarga meluncurkan website sahabat keluarga dan majalah Pendidikan keluarga yang bertujuan untuk berbagi praktik baik yang berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga dan kaitannya dengan satuan pendidikan. 

Baru-baru ini, kemendikbud meluncurkan kampanye #Gernasbaku yang merupakan singkatan dari Gerakan Nasional Membaca Buku dimana orangtua diajak untuk membacakan buku bagi anak. Program ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya. Upaya lainnya adalah pemerintah mengeluarkan buku saku Gerakan Literasi Nasional yang berusaha menjelaskan berbagai jenis kemampuan literasi yang dibutuhkan peserta didik. 

Yang harus dipahami, bahwa mendidik anak membaca bukanlah proses yang singkat dan bisa selesai dalam hitungan jam atau hari. Mendidik anak berlitersi bukan hanya mengajari anak kenal huruf dan bisa membaca ''ini ibu Budi''. Mendidik anak membaca adalah mengenalkan mereka pada buku dan luasnya informasi yang dapat mereka peroleh dari buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun