Mohon tunggu...
ERA SOFIYAH
ERA SOFIYAH Mohon Tunggu... Penulis - AKU ADALAH AKU BUKAN KAMU DIA ATAU MEREKA, KITA ADALAH SATU DAN KAMI BERSAUDARA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

AKU ADALAH AKU BUKAN KAMU DIA ATAU MEREKA, KITA ADALAH SATU DAN KAMI BERSAUDARA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menasbihkan Kembali Literasi Lokal di Era Digital

31 Juli 2019   23:18 Diperbarui: 1 Agustus 2019   07:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Literacy in a Digital World", yakni Membangun Budaya Literasi di Era Digital, dengan tujuan melihat jenis keterampilan keaksaraan yang dibutuhkan orang untuk menavigasi masyarakat yang dimediasi secara digital, dan mengeksplorasi kebijakan keaksaraan yang efektif. Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigm baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Tanpa kecakapan literasi baca-tulis yang mumpuni, orang yang menerima informasi tak akan mampu untuk menganalisis dan mengidentifikasi kebenaran informasi yang diterimanya. Akhirnya, informasi yang diterima hanya dibaca tanpa pemahaman lalu dipercayai tanpa saringan bahkan hingga akhirnya disebar begitu saja.

Dalam forum ekonomi dunia digagas enam literasi dasar yang harus dimiliki oleh negara-negara berkembang dalam hal ini termasuk Indonesia, keenam literasi itu adalah Literasi Baca Tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan, dari ke enam literasi dasar tersebut literasi baca-tulis adalah induk daripada ke enam literasi dasar tersebut apalagi pada abad ke-21 ini.

Berdasarkan need assessment di atas untuk mengatasi permasalahan dan kesulitan literasi, pelatihan penyusunan bahan ajar berbasis kearifan budaya lokal tentu tak boleh diindahkan. Bahwa pendidikan berbasis kebudayaan adalah alat paling ampuh dalam rangka menanamkan kedasaran berbudaya dengan karakter jati diri sesungguhnya dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) agar masyarakat tidak tercerabut dari akarnya.

Potensi lokal daerah sudah seharusnya dikelola dan dikembangkan untuk menciptakan masyarakat sejahtera dan mandiri. Pun, Kemerdekaan Indonesia tak mungkin diraih tanpa kebangkitan literasi lokal yang dimotori Budi Utomo. Budi Utomo mengembangkan pendidikan keaksaraan menjadi pemberdayaan rakyat pribumi dan pergerakan sosial. Sekolah yang dikembangkan Budi Utomo memodifikasi sekolah Belanda dengan memasukkan nilai-nilai budaya Jawa. Dengan kemunculan Budi Utomo, perjuangan melawan penjajah menjadi lebih terorganisasi karena dimotori kaum intelektual pribumi. Budi Utomo melakukan transformasi sosial melalui pendidikan dengan kegiatan literasi yang tak hanya menjadikan rakyat pribumi melek aksara, tetapi juga motor perubahan sosial. Dengan berbagai strategi pelatihan yang berbasis potensi lokal untuk mengembangkan kearifan lokal, lambat laun ketidakmampuan mereka dalam membaca dan menulis akan dapat diatasi.

Mengapa? Suatu keterampilan jika dilatihkan dengan terus menerus, dilakukan dengan strategi yang tepat, tutor yang pandai dan terampil, media yang tepat, materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, juga ditunjang dengan motivasi yang baik, maka akan ada hasil yang dapat dibanggakan. Strategi pembelajaran literasi yang berbasis potensi lokal dapat diterapkan pada berbagai daerah dengan berbagai potensi yang ada pada daerah masing-masing.

Lingkunganlah yang nantinya akan dapat selektif memilihkan, potensi lokal mana yang akan dikembangkan untuk dijadikan bahan pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menyertakan bahan-bahan yang ada di sekitar daerah mereka juga dengan menggunakan media bahasa lokal. Bahasa lokal yang digunakan dalam proses pembelajaran literasi dapat dengan sangat baik mengakomodir kebutuhan khususnya kaum perempuan untuk data memberdayakan hidupnya. Kemampuan yang didapatkan dari strategi pembelajaran literasi berbasis potensi lokal untuk mengembangkan kearifan lokal, akan dapat dijadikan kemampuan awal oleh para perempuan yang bermaksud untuk memperbaiki hidup dan kehidupan mereka.

Di saat bersamaan, lahirnya UU No 6 Tahun 2014 jelas merupakan kabar baik bagi masyarakat desa pada umumnya. Mengapa demikian? Tentu jawabanya karena desa kini mempunyai kewenangan penuh untuk mempersiapkan perencanaan sendiri (self planning) yang sesuai dengan konteks lokal (tipologi) sesuai desanya masing-masing, sekaligus memiliki kepastian anggaran dari dana perimbangan pusat daerah. Ditinjau dari tipologi, tentu akan berpengaruh pada aspek pemahaman masyarakatnya dan imbasnya adalah pada bentuk-bentuk improvisasi sumberdaya manusianya.

Bukan hanya itu efek dari pengembangan literasi berbasis potensi dan kearifan lokal ini akan menggiring masyarakatnya untuk menjadi sadar wisata, agar daerah mereka dapat dikenal lebih dekat oleh orang lain. Akan banyak muncul daerah daerah wisata yang tetap menghargai kearifan lokal dan potensi lokal mereka. Dengan begitu, budaya kita akan dapat dilestarikan dan semakin kukuh.

Namun yang tidak boleh dilupakan adalah upaya meyakinkan masyarakat desa dengan keseriusan pemerintah dalam mengajak partisipasi aktif masyarakat desa membangun desanya masing-masing agar lebih mandiri secara ekonomi, sosial maupun budaya. Jauh lebih baik jika pemerintah menggandeng serta memberi porsi partisipasi lebih besar kepada pemuda desa sebagai duta pembangunan desa, sebagai keberpihakan nyata kepada pemuda melalui perluasan akses piranti digital agar lebih bermanfaat dan meningkatkan nilai tambah perekonomian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun