Pernahkah Anda bertanya mengapa kita sering menerima informasi tanpa memeriksa kebenarannya? Atau mengapa kita lebih sering fokus pada cara menghadapi masalah dibandingkan mencari jawaban absolut tentang suatu kebenaran? Hal ini bukan karena kita malas, tapi karena otak kita memang tidak dirancang untuk mencari kebenaran. Fungsi utama otak adalah memastikan kelangsungan hidup kita.
Prioritas Utama Otak: Bertahan Hidup
Otak manusia, sejak zaman prasejarah, berkembang sebagai alat bertahan hidup. Di lingkungan yang penuh bahaya, seperti serangan predator atau kelaparan, otak lebih mementingkan respons cepat daripada analisis mendalam. Ketika nenek moyang kita melihat bayangan di semak-semak, mereka tidak punya waktu untuk berpikir, "Apakah itu benar-benar harimau atau hanya bayangan angin?" Respons otomatis mereka adalah lari atau melawan, karena pilihan itu meningkatkan peluang hidup.
Dalam konteks modern, respons ini tetap ada. Kita cenderung lebih fokus pada informasi yang membantu kita tetap aman, nyaman, dan sukses, dibandingkan memverifikasi semua fakta atau mencari kebenaran mutlak.
Kebenaran dan Salah Itu Tidak Selalu Relevan
Otak kita tidak secara otomatis memprioritaskan benar atau salah kecuali hal tersebut memiliki dampak langsung terhadap kelangsungan hidup atau kesejahteraan kita. Sebagai contoh:
Kepercayaan pada dukun atau sulap: Banyak orang menerima fenomena seperti ini tanpa mempertanyakan keasliannya, karena mereka tidak merasa hal itu memengaruhi hidup mereka secara langsung.
Mesin dan teknologi: Kita menggunakan ponsel, komputer, dan alat-alat canggih lainnya tanpa merasa perlu tahu cara kerjanya. Otak kita lebih fokus pada bagaimana teknologi tersebut membantu kita, bukan pada kebenaran teknis di baliknya.
Ketika Kebenaran Menjadi Penting
Namun, ada situasi di mana kebenaran menjadi relevan, misalnya: