Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Otak Kita Diprogram Lebih Untuk Bertahan Hidup Daripada Mencari Kebenaran?

21 November 2024   12:57 Diperbarui: 21 November 2024   13:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari : chatgpt.com (AI)

Pernahkah Anda bertanya mengapa kita sering menerima informasi tanpa memeriksa kebenarannya? Atau mengapa kita lebih sering fokus pada cara menghadapi masalah dibandingkan mencari jawaban absolut tentang suatu kebenaran? Hal ini bukan karena kita malas, tapi karena otak kita memang tidak dirancang untuk mencari kebenaran. Fungsi utama otak adalah memastikan kelangsungan hidup kita.

Prioritas Utama Otak: Bertahan Hidup

Otak manusia, sejak zaman prasejarah, berkembang sebagai alat bertahan hidup. Di lingkungan yang penuh bahaya, seperti serangan predator atau kelaparan, otak lebih mementingkan respons cepat daripada analisis mendalam. Ketika nenek moyang kita melihat bayangan di semak-semak, mereka tidak punya waktu untuk berpikir, "Apakah itu benar-benar harimau atau hanya bayangan angin?" Respons otomatis mereka adalah lari atau melawan, karena pilihan itu meningkatkan peluang hidup.

Dalam konteks modern, respons ini tetap ada. Kita cenderung lebih fokus pada informasi yang membantu kita tetap aman, nyaman, dan sukses, dibandingkan memverifikasi semua fakta atau mencari kebenaran mutlak.

Kebenaran dan Salah Itu Tidak Selalu Relevan

Otak kita tidak secara otomatis memprioritaskan benar atau salah kecuali hal tersebut memiliki dampak langsung terhadap kelangsungan hidup atau kesejahteraan kita. Sebagai contoh:

Kepercayaan pada dukun atau sulap: Banyak orang menerima fenomena seperti ini tanpa mempertanyakan keasliannya, karena mereka tidak merasa hal itu memengaruhi hidup mereka secara langsung.

Mesin dan teknologi: Kita menggunakan ponsel, komputer, dan alat-alat canggih lainnya tanpa merasa perlu tahu cara kerjanya. Otak kita lebih fokus pada bagaimana teknologi tersebut membantu kita, bukan pada kebenaran teknis di baliknya.

Ketika Kebenaran Menjadi Penting

Namun, ada situasi di mana kebenaran menjadi relevan, misalnya:

Karier dan pekerjaan: Dalam dunia profesional, membuat keputusan berdasarkan informasi yang salah dapat merusak reputasi dan keberhasilan kita.

Keselamatan: Memastikan obat yang kita konsumsi aman atau memahami risiko di lingkungan sekitar adalah contoh di mana otak kita beralih dari mode bertahan hidup ke mode pencarian kebenaran.

Apa Artinya Ini untuk Kita?

Pemahaman bahwa otak lebih fokus pada bertahan hidup daripada mencari kebenaran dapat membantu kita lebih bijak dalam menghadapi informasi. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:

1. Latih Skeptisisme: Sadari bahwa tidak semua yang kita terima sebagai "benar" memang benar. Biasakan untuk bertanya dan mencari tahu lebih dalam.

2. Kenali Prioritas Otak Anda: Otak akan selalu memilih yang paling relevan untuk keselamatan atau kenyamanan Anda. Gunakan logika untuk melengkapi respons alami ini.

3. Pilah Informasi: Fokus pada informasi yang benar-benar penting untuk kehidupan Anda, tetapi tetap sisihkan waktu untuk memahami dunia lebih luas.

Kesimpulan

Otak kita dirancang untuk bertahan hidup, bukan untuk memilah kebenaran dari kesalahan. Kebenaran dan keabsahan informasi sering kali menjadi prioritas kedua, tergantung pada relevansinya dengan kebutuhan kita. Dengan menyadari bagaimana otak kita bekerja, kita dapat lebih memahami diri sendiri, membuat keputusan yang lebih baik, dan hidup dengan lebih bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun