Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

menemukan kebebasan berekspresi di dunia virtual

25 Oktober 2024   13:52 Diperbarui: 25 Oktober 2024   17:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap individu pasti membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri dan menyuarakan pendapat. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan itu di lingkungan keluarganya. Seperti banyak orang lainnya, saya sering merasa sulit untuk bebas berekspresi di rumah karena adanya doktrin yang sudah tertanam kuat. Dalam keluarga saya, ada keyakinan bahwa kita harus selalu patuh dan mensyukuri apa yang ada, tanpa banyak mengkritik atau mempertanyakan. Saya juga mengalami larangan dari orang tua untuk membantah pendapat mereka. Hal ini membuat saya merasa terbatasi, karena saya percaya bahwa berdiskusi dan berdebat adalah cara yang baik untuk mengembangkan pemikiran kritis.

Dunia Virtual Sebagai Ruang Ekspresi

Menulis di Kompasiana bagi saya bukan sekadar hobi, tetapi menjadi sarana untuk mengekspresikan pikiran dan berbagi pandangan. Di sini, saya bisa menulis tentang pengalaman hidup, gagasan, kritik, dan opini saya tanpa merasa terbatasi oleh pandangan keluarga atau lingkungan. Bagi saya, platform ini adalah tempat di mana saya bisa menyuarakan pendapat saya dalam dunia pendidikan atau keagamaan, serta membagikan apa yang selama ini terpendam.

Tantangan di Lingkungan Keluarga

Saya menyadari bahwa tidak semua orang beruntung memiliki lingkungan keluarga yang terbuka terhadap kritik atau perbedaan pendapat. Ada doktrin yang menuntut kita untuk "tidak boleh salah," yang membentuk pola pikir bahwa semua hal harus diterima tanpa dipertanyakan. Contohnya, dalam keluarga saya, pendidikan dianggap satu-satunya jalan menuju kesuksesan, terutama melalui jalur formal seperti kuliah. Ada anggapan bahwa kuliah adalah satu-satunya cara untuk menjadi pintar, seakan-akan cara lain tidak bisa diandalkan.

Lebih lanjut, larangan untuk membantah pendapat orang tua membuat saya merasa bahwa diskusi dan kritik menjadi hal yang tabu. Padahal, saya percaya bahwa mengemukakan pendapat dan berdebat secara sehat dapat merangsang pemikiran kritis dan memperkaya perspektif. Namun, dalam keluarga saya, semua pendapat orang tua harus diterima begitu saja tanpa adanya ruang untuk perdebatan. Ini membuat saya merasa terbatasi dan sulit untuk berkembang.

Kompasiana: Sebuah Kebebasan Berpikir

Di Kompasiana, saya bisa membagikan pandangan saya tentang isu-isu seperti pendidikan dan perilaku sosial tanpa takut dikritik karena berbeda pendapat. Dunia virtual ini memberi saya kesempatan untuk melihat banyak perspektif, mendengar cerita dari berbagai kalangan, dan merasa bahwa pandangan saya juga memiliki tempat. Di platform ini, saya merasa dihargai sebagai individu yang memiliki pandangan sendiri.

Saya percaya bahwa berbagi tulisan di ruang seperti ini tidak hanya bermanfaat bagi saya, tetapi juga bagi orang lain yang mungkin merasa terwakili oleh tulisan-tulisan saya. Dengan berbagi pengalaman dan pandangan, saya berharap bisa membuka ruang diskusi yang lebih luas, serta memberi inspirasi kepada orang lain untuk berani berpikir dan berekspresi meskipun lingkungannya membatasi.

Pentingnya Menemukan Komunitas Pemikiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun