Negara-negara Barat dan Asia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Cina, terus melesat dalam pengembangan teknologi dan sains, sementara dunia Islam lebih banyak terfokus pada konflik ideologis yang tidak memberi kontribusi nyata bagi kemajuan peradaban.
Solusi: Meninggalkan Pemikiran Hitam-Putih untuk Maju
Jika umat Islam ingin kembali berperan penting dalam kemajuan dunia, pemikiran hitam-putih harus ditinggalkan. Dunia tidak terbagi hanya menjadi benar dan salah, baik dan buruk, kami dan mereka. Sebaliknya, umat Islam harus kembali membuka diri terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, memperluas kolaborasi dengan berbagai pihak, dan belajar dari sejarah bagaimana kemajuan diraih dengan cara berpikir yang inklusif dan kritis.
Umat Islam perlu menyadari bahwa peradaban tidak dibangun dengan fanatisme, tetapi dengan pengetahuan, inovasi, dan kerja sama. Peradaban Islam dahulu berkembang pesat ketika umatnya terbuka terhadap berbagai pemikiran dan ide dari berbagai budaya dan peradaban. Untuk mengembalikan kejayaan itu, dibutuhkan sikap yang lebih fleksibel, rasional, dan mau belajar dari siapa pun, termasuk dari mereka yang berbeda pandangan.
Kesimpulan
Pemikiran hitam-putih adalah salah satu faktor yang menyebabkan stagnasi dalam peradaban Islam saat ini. Umat Islam semakin tertinggal karena terlalu fokus pada perbedaan ideologi dan menolak ilmu dari luar kelompok mereka. Untuk kembali maju, umat Islam harus meninggalkan pola pikir sempit ini dan kembali terbuka terhadap pengetahuan dan inovasi dari berbagai sumber. Sejarah telah membuktikan bahwa keterbukaan dan kolaborasi adalah kunci keberhasilan, dan hanya dengan cara itulah peradaban Islam bisa kembali memberikan kontribusi besar bagi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H