Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

fenomena pemikiran dogmatis dan fanatisme: mengapa perbedaan pandangan ditolak?

6 Oktober 2024   13:50 Diperbarui: 6 Oktober 2024   14:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan 

Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, pertukaran ide, budaya, dan keyakinan menjadi lebih lazim. Namun, tidak sedikit orang yang masih bersikap tertutup terhadap pandangan yang berbeda dengan keyakinan atau budaya mereka. Ketika menghadapi perbedaan, mereka cenderung bereaksi negatif, menolak mentah-mentah, atau bahkan mengeneralisasi bahwa kelompok atau budaya lain sesat. Artikel ini akan membahas bagaimana dan mengapa pola pikir dogmatis, fanatik, dan etnosentris berkembang, serta dampaknya terhadap individu dan masyarakat.

Apa Itu Pemikiran Dogmatis?

Pemikiran dogmatis adalah sikap yang sangat kaku dalam mempertahankan suatu keyakinan atau pandangan, tanpa mempertimbangkan pandangan lain atau bukti yang mungkin bertentangan. Orang yang berpikir secara dogmatis percaya bahwa apa yang mereka yakini adalah kebenaran absolut dan tidak ada ruang untuk perdebatan atau diskusi.

Contohnya, dalam konteks agama, orang yang dogmatis mungkin merasa bahwa agamanya adalah satu-satunya jalan kebenaran, sementara semua keyakinan lain salah atau sesat. Hal ini membuat mereka menolak segala bentuk diskusi atau dialog antaragama, serta melihat pandangan yang berbeda sebagai ancaman terhadap keyakinan mereka.

Fanatisme dan Etnosentrisme: Sikap yang Melahirkan Intoleransi

Fanatisme adalah bentuk ekstrim dari dogmatisme, di mana seseorang memiliki dedikasi berlebihan terhadap suatu agama, ideologi, atau pandangan politik. Fanatik cenderung tidak hanya menolak pandangan yang berbeda, tetapi juga berusaha untuk memberantas atau melawan pandangan tersebut dengan keras. Sikap ini sering kali berujung pada konflik, baik di dalam masyarakat maupun di antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Etnosentrisme, di sisi lain, adalah sikap di mana seseorang melihat budayanya sebagai yang terbaik dan memandang rendah budaya lain. Ini sering kali terjadi di lingkungan yang homogen, di mana orang tidak terbiasa berinteraksi dengan perbedaan budaya atau agama. Ketika dihadapkan dengan budaya asing, mereka cenderung menilai budaya tersebut dengan standar mereka sendiri dan menganggapnya lebih rendah atau bahkan sesat.

Contohnya, seseorang yang tumbuh dalam masyarakat yang sangat konservatif mungkin melihat budaya Barat sebagai ancaman, hanya karena nilai-nilai yang dianut Barat (seperti sekularisme atau kebebasan berekspresi) berbeda dengan nilai-nilai mereka. Ketika tokoh dari budaya Barat mengungkapkan pandangan seperti atheisme, mereka bisa langsung mengeneralisasi bahwa seluruh budaya Barat tersesat.

Mengapa Pemikiran Ini Berkembang?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang berpikiran dogmatis, fanatik, atau etnosentris:

1. Pengajaran yang Dogmatis: Pendidikan atau pengajaran agama yang menekankan kebenaran absolut tanpa memberikan ruang untuk berpikir kritis sering kali melahirkan pemikiran kaku. Orang yang diajarkan bahwa hanya ada satu kebenaran, dan semua yang berbeda adalah salah, akan cenderung bersikap tertutup terhadap pandangan lain.

2. Konfirmasi Bias: Manusia secara alami cenderung mencari informasi yang mendukung keyakinan mereka dan menolak informasi yang bertentangan. Ini membuat mereka lebih mudah mengabaikan sudut pandang lain yang mungkin memberikan perspektif baru.

3. Ketakutan Terhadap Ketidakpastian: Banyak orang merasa nyaman dengan keyakinan mereka karena memberikan rasa aman dan stabilitas. Ketika keyakinan ini ditantang, misalnya oleh pandangan atheis atau pandangan berbeda, mereka merasa cemas dan terancam, sehingga lebih mudah untuk menolak perbedaan tersebut.

4. Lingkungan Sosial yang Homogen: Orang yang tumbuh di lingkungan yang sangat homogen, di mana semua orang memegang keyakinan atau budaya yang sama, mungkin kesulitan untuk menerima perbedaan. Mereka tidak terbiasa menghadapi pandangan yang berbeda dan cenderung melihat perbedaan sebagai ancaman.


Dampak Sosial dari Pemikiran Dogmatis dan Fanatisme

Pemikiran dogmatis dan fanatisme dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Ketika individu atau kelompok menolak pandangan yang berbeda, ini dapat menciptakan polarisasi dan memperparah konflik sosial. Sikap intoleran dapat menyebabkan kekerasan, diskriminasi, dan pengucilan terhadap kelompok minoritas.

Di tingkat yang lebih luas, pemikiran ini dapat menghambat perkembangan sosial dan intelektual. Misalnya, jika seseorang menolak semua pandangan dari budaya atau negara lain hanya karena mereka berbeda, ini akan menghambat pertukaran ide yang bermanfaat dan inovasi yang mungkin datang dari luar.

Solusi: Berpikir Kritis dan Toleransi

Untuk mengatasi pemikiran dogmatis, fanatisme, dan etnosentrisme, diperlukan pengembangan keterampilan berpikir kritis sejak dini. Pendidikan harus mendorong siswa untuk mempertanyakan dan menganalisis informasi dari berbagai sudut pandang, serta terbuka terhadap perbedaan.

Toleransi juga harus diajarkan dan dipraktikkan dalam masyarakat. Saling menghargai perbedaan dan berdialog dengan pihak yang berbeda pandangan dapat membantu mengurangi ketegangan dan konflik yang timbul dari pemikiran yang kaku.

Kesimpulan

Pemikiran dogmatis, fanatisme, dan etnosentrisme merupakan tantangan besar dalam masyarakat yang pluralistik. Reaksi negatif terhadap perbedaan pandangan sering kali lahir dari ketakutan dan ketidakpastian, serta pendidikan yang kurang kritis. Dengan mendorong toleransi, berpikir kritis, dan membuka diri terhadap dialog, masyarakat dapat berkembang menuju keragaman yang lebih inklusif dan saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun