Mohon tunggu...
Yasir Husain
Yasir Husain Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kemenangan Itu Saat Semangat Ramadan Tak Pernah Padam

6 Juni 2019   18:45 Diperbarui: 7 Juni 2019   02:23 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang membuat kita banyak menggerutu saat listrik padam? padahal, hampir tiap saat kita menggunakannya. Itu karena listrik telah menjadi kebutuhan kita, kebutuhan primer yang harus ada.

Nah, sekarang kita berpikir, jika listrik saja sudah bisa membuat kita kalang kabut ketika tiba-tiba padam, bagaimana dengan kebutuhan kita kelak (di akhirat) yang akan menjamin keselamatan kita?

Kenapa saat malas-malasan salat, kita tidak menggerutu? Kenapa Ketika kurang melaksanakan ibadah, kita tidak menyesal? Kenapa pula saat kita kurang berbagi, malah gembira? Bisa jadi kita belum paham, atau paham tapi menyepelekan bahwa kehidupan akhirat butuh bekal yang banyak untuk selamat di sana.

Jika listrik yang padam sejam saja, kita seolah sudah sangat menderita akibat kegelapan di malam hari, kepanasan di siang hari, tak melihat TV untuk sejam, tak mendengar musik, dan tak ber-medsos akibat baterai lowbat.

Terus, bagaimana jika di akhirat kelak kita diselimuti kegelapan? Kalaupun tiba-tiba ada cahaya, itu adalah cahaya api neraka yang siap membakar kita. Bagaimana perasaan kita? Mau kemana lagi kita minta pertolongan?

Ini tidak seperti lagi saat mati lampu, di mana kita bisa dengan spontan menyalahkan PLN. Ini tentang akhirat, tentang akhir dari dari kehidupan dunia, untuk memulai sesuatu yang baru dan abadi; Surga atau Neraka.

Renungilah! Pernahkah kita menggerutu dan menyesal pada diri kita ketika malas-malasan, atau bahkan berhenti beribadah? Pernahkah kita menggerutu seperti menggerutunya kita saat listrik padam?

Pernahkah kita kalang kabut ketika diberi rezeki yang berlimpah, lantas kita tak berbagi kepada yang membutuhkan? Pernahkah kita kalang kabut seperti kalang kabutnya kita saat listrik padam yang tiba-tiba menghentikan aktivitas kita menonton TV, ber-medsos, dan yang lainnya?

Pernahkah kita merasa tidak enak ketika dalam sepekan tak penah membaca Al-Qur'an, seperti tidak enaknya kita dalam sejam tak menikmati listrik?

"Jika memang listrik begitu primer, tentu kwajiban beribadah adalah primer yang paling primer."

Biarlah listrik padam yang penting ibadah kita terus menyala. Terus memberi cahaya untuk hidup kita, manfaatnya terus menyejukkan kita, dan menemani kita hingga ke akhirat kelak, menuju tempat paling bercahaya, dengan cahaya kebahagian bernama Surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun