Mohon tunggu...
Yasir Husain
Yasir Husain Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa, Meracik Hidup dengan Resep Istimewa

31 Mei 2019   17:11 Diperbarui: 31 Mei 2019   17:15 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesederhanaan. (http://giriso28.cd.st)

Jika kita menyicipi makanan lezat, tentu kita lebih ingin tahu resepnya bagaimana dan siapa yang meraciknya, ketimbang menanyakan bahan-bahan apa saja yang digunakan. Ya, sebuah hidangan memang sangat tergantung pada resep dan kualitas koki yang membuatnya.

Bahan-bahan sederhana bisa disulap menjadi hidangan lezat, jika yang memasaknya adalah koki handal dan profesional. Ditunjang dengan racikan istimewa, terciptalah sajian makanan yang nomor satu. 

Sebaliknya, bahan-bahan mahal dan berkualitas nomor satu, seringkali menjadi hidangan biasa-biasa saja, karena resepnya tak menarik. Dan yang mengolahnya pun bukan profesional.

Kita sering menemukan betapa lezatnya sebuah hidangan yang hanya berbahan dasar tahu dan tempe. Dan di sisi lain, ada hidangan tak terlalu berkesan di lidah, padahal bahan dasarnya adalah daging-dagingan, bumbu berkualitas import, dan pastinya semuanya mahal-mahal. Tentulah hal ini sangat berkaitan dengan cara mengolahnya.

Dalam hidup pun demikian. Kebahagian seringkali hadir dalam banyak kesederhanaan. Sementara di sisi lain, tak jarang ketidaktenangan hadir dari sebuah kehidupan yang terlihat mewah.

Layaknya resep dalam makanan, hidup pun perlu racikan agar lebih terasa lezatnya. Kualitas koki yang menentukan kelezatan makanan, juga akan tergambar pada pribadi hebat yang menjadikan hidupnya luar biasa.

Ya, hidup juga perlu resep, perlu olahan sepesial, untuk meracik berbagai liku-liku yang hadir dalam hidup itu sendiri. Dan pastinya, tak semua berbentuk kesenangan. Hidup akan sangat ditentukan dari bagaimana cara kita menerimanya, lalu menerapkannya pada dunia.

Pada bahan makanan, jika kita hanya berhenti pada garam, maka kita akan berkesimpulan betapi asinnya makanan itu. Kita juga akan mengatakan betapa asamnya suatu hidangan, jika kita hanya sampai pada tahap memeras jeruk nipis. Betapa pedasnya cabe, betapa amisnya ikan, betapa menyengatnya bau bawang, dan seterusnya.

Tapi, saat kita mampu menakar ukuran garam, bisa mengukur perasan jeruk nipis, menentukan tingkat kepedasan, manis, dan sebagainya, lalu kita racik dengan sempurna; maka makanan lezat akan siap tersaji. Bahannya boleh sederhana, tapi resepnya harus spesial, oleh koki yang profesional.

Pada kehidupan, jangan berhenti pada tahap mendapatkan cobaan saja kemudian berkata, "Betapa susahnya hidup ini." Atau, berkesimpulan ketika menemui hambatan kecil berupa kegagalan, masalah dalam percintaan, dan masalah-masalah hati lainnya. Sebab, bisa jadi semua yang terlihat susah, hakikatnya adalah hal yang membahagiakan. Kita hanya perlu resep kehidupan yang spesial serta kepribadian yang tangguh, layaknya koki profesional di dunia masakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun