Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Quo Vadis Alat Musik dan Lagu Daerah Sumba Timur?

29 Agustus 2019   13:54 Diperbarui: 29 Agustus 2019   14:15 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Musik dan lagu daerah merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari sebuah kebudayaan atau peradaban. Setiap daerah tentu memiliki musik dan lagu sesuai dengan kebudayaannya. 

Sumba Timur sebagai sebagai suatu daerah dengan kebudayaannya, memiliki musik dan lagu tradisional yang hingga saat ini boleh dibilang masih digemari oleh masyarakatnya (generasi tua). Salah satu alat musik khas yang dimiliki oleh masyarakat Sumba Timur adalah "Jungga". Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar. Ada dua jenis alat musik ini, yakni yang bersenar dua dan bersenar empat. 

Alat musik ini biasanya dipakai untuk mengiringi lagu dalam bahasa daerah setempat yaitu bahasa "kambera". Dahulu alat musik ini digunakan untuk mengiringi lagu pada upacara adat perkawinan, seperti dikisahkan oleh ibu Rambu Uru Anahida dan diperkuat oleh keterangan tokoh-tokoh lain yang penulis jumpai di Waingapu. 

Diceritakan juga bahwa ada lagu yang tidak diiringi oleh alat musik. Lagu-lagu ini dibawakan pada waktu panen padi di kebun yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan atau bergantian antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan waktu memanen padi. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan penuh semangat. 

Ada juga lagu yang dinyanyikan pada waktu "injak padi". Kebiasaan masyarakat awal Sumba Timur sebelum ada mesin rontok adalah menginjak padi. Artinya, masyarakat Sumba Timur melompat-lompat di atas tumpukan jerami padi yang sudah dipotong untuk memisahkan bulir padi dari tangkainya. Lagu-lagu yang dinyanyikan tentu lebih bersemangat dari lagu saat memotong padi.

Animo Anak Muda Terhadap Musik dan Lagu Daerah
Tidak bisa diingkari bahwa perkembangan musik modern berpengaruh secara signifikan terhadap musik dan lagu daerah di Sumba Timur. Diyakini pula bahwa kenyataan ini sudah berpengaruh secara luas hingga ke pelosok pedesaan di Sumba Timur. Fakta ini penulis jumpai di kalangan pelajar atau peserta didik di salah satu lembaga pendidikan menengah di Kota Waingapu, yang mana peserta didiknya banyak yang berasal dari daerah pedesaan. 

Pada umumnya mereka tidak mengetahui cara memainkan alat musik Jungga. Banyak dari antara mereka mengatakan jika alat musik tersebut hanya bisa dimainkan oleh orang-orang tua yang ada di kampung-kampung.

Anak-anak muda Sumba Timur juga  sudah enggan mempelajari musik daerahnya sendiri tetapi lebih memilih atau lebih berminat memainkan alat musik modern seperti gitar dan keyboard. Sementara alat musik yang merupakan peninggalan nenek moyangnya perlahan mulai ditinggalkan. 

Padahal kalau mau jujur, alunan alat musik Jungga sangat indah dan merdu dan menukik ke kedalaman batin setiap orang yang mendengarnya. Apalagi jika dimainkan untuk mengiringi lagu dari penyanyi yang bersuara merdu. Hal ini memang dirasakan sendiri oleh penulis setip kali mendengar alunan musik dan lagu daerah Sumba Timur.

Terkait dengan lagu daerah juga demikian. Lagu-lagu dalam bahasa daerah dominan masih diminati oleh generasi tua Sumba Timur. Sedangkan generasi mudanya lebih doyan menyanyikan lagu-lagu modern. Dan hampir bisa dipastikan jika lagu-lagu yang biasa dinyanyikan tanpa musik waktu panen dan pada saat "Injak padi" sudah mulai ditinggalkan sebagai konsekwensi logis dari pergantian tenaga manusia dengan tenaga mesin rontok misalnya. 

Semua lagu-lagu tersebut sepertinya tinggal cerita yang kadang membuat anak-anak mudah Sumba Timur merasa lucu. Hal ini terjadi ketika penulis mencoba menggali informasi dari peserta diidik tingkat SMA tentang lagu yang dibawakan saat panen dan saat injak padi. Banyak dari antara mereka yang tersenyum bahkan ada yang tertawa mendengarnya. 

Dari kenyataan ini, penulis semakin yakin jika musik dan lagu daerah Sumba Timur perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh generasinya mudanya. Tentu saja hal ini patut disayangkan.

Upaya Pelestarian
Para pemerhati budaya di Sumba Timur bukan tidak menyadari akan pudarnya keutamaan budaya dalam kaitannya dengan musik dan lagu daerahnya. Ada beberapa cara yang telah ditempuh yakni diadakannya festival Jungga yang pernah dilaksanakan di penghujung tahun 2018 tepatnya di Taman Sandalwood Waingapu. 

Selain itu, di salah satu stasiun Radio swasta di Waingapu bernama Radio MAX FM Waingapu pada waktu tertentu selalu menyajikan alunan musik dan lagu daerah nusantara lebih khusus lagu dan musik Sumba Timur. Namun sejauh pantauan penulis, permintaan lagu-lagu tersebut didominasi oleh generasi tua Sumba Timur. Sedangkan generasi mudanya jarang ikut meramaikan acaranya. 

Di tingkat sekolah juga sudah mulai digalakkan pelajaran memainkan musik dan menyanyikan lagu daerah dengan mendatangkan pelatih yang berasal dari tokoh-tokoh yang pandai memainkan alat musik dan menyanyikan lagu daerah Sumba Timur. Namun tidak sedikit sekolah di Sumba Timur yang belum memaksimalkan kegiatan pembelajaran ekskul untuk musik dan lagu daerah.

Upaya-upaya yang dilakukan di atas memang belum menjamin seratus persen anak muda Sumba Timur berminat untuk melestarikan musik dan lagu daerahnya. Namun ini menjadi langkah awal untuk terus memperkenalkan musik dan lagu daerah kepada genarasi mudanya. 

Harus diakui memang bahwa tidak gampang mempertahankan sesuatu yang tradisional di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang menawarkan aneka kemudahan serta keindahan tersendiri. Karena itu dibutuhkan sinergisitas pihak-pihak terkait dalam melestarikan musik tradisional tentu dengan pendekatan kekinian guna menarik minat anak muda untuk mencintai musik dan lagu daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun