Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pilkada NTT Sebatas Formalitas

30 Mei 2018   16:12 Diperbarui: 30 Mei 2018   23:12 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru ketika masyarakat menyaksikan bagaimana kiprah seorang gubernur DKI Jakarta era Jokowi-Ahok sampai pada Ahok-Jarot, masyarakat NTT sedikitnya terbuka pikirannya. Bahwa sesungguhnya seorang gubernur memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam menyejahterakan masyarakatnya. Pilkada DKI Jakarta memang telah memberikan andil dalam mendidik dan menyadarakan masyarakat akan pentingnya keberadaan seorang gubernur.

Dalam konteks ini, Mayarakat NTT lambat sadar. Tetapi mau bilang apa. Tahun-tahun sudah berlalu. Kini masyarakat NTT akan memasuki babak baru dalam menentukan pemimpin yang benar-benar mau memajukan NTT dalam banyak segi. Dan segi yang paling utama adalah membawa masyarakat NTT keluar dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan.

Namun, apa daya masyarakat NTT sudah terbiasa dengan hasil pilkada pada tahun-tahun sebelum. Ada pesimisme yang masih merasuki hati dan pikiran. Dan hal itu hanya bisa diatasi jika ada kandidat yang nantinya sudah terpilih benar-benar menjalankan amanahnya, sekaligus membuka mata masyarakat akan pentingnya kehadiran seorang gubernur bagi rakyat banyak.

Jika hal ini tidak terjadi sesungguhnya rakyat NTT memilih gubernurnya hanya sebatas formaslitas, artinya memilih hanya sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik.

Saat ini ada empat pasangan calon yang akan bertarung. Ini memang memanjakan masyarakat NTT untuk bebas menentukan pilihannya. Hemat saya secara pribadi, keempat pasangan calon ini adalah putera dan puteri terbaik di NTT. Di atas kertas mereka sudah teruji kemampuannya, entahlah dalam kehidupan nyata nanti setelah sah terpilih.

Namun masih ada pesimisme yang mengganjal dalam hati dan pikiran saya. Siapa pun yang terpilih pasti tidak lebih baik dari pola atau model kepemimpinan sebelumnya. Hmm, semoga hal itu tidak terjadi. Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun