Dengan perkembangan teknologi digital yang tiada henti, setiap orang diharuskan memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap media.
Dalam hal ini, jurnalis menjadi salah satu orang yang harus mampu dengan cepat dan tanggap mengikuti segala bentuk perubahan teknologi, khususnya di media massa.
Peralihan era atau zaman dari media analog (cetak) ke media digital memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan para jurnalis.
Jurnalis yang mengalami perubahan diantara kedua era ini dijamin memiliki beban tersendiri dalam mengerjakan pekerjaannya.
Setiap hasil artikel atau tulisan yang dimuat di koran biasanya tidak hanya mengandung tulisan tapi juga gambar atau foto. Tetapi, terdapat jurnalis yang mengekspresikan tulisannya melalui sebuah foto yang dipublikasikan.
Jurnalis Fotografi
Disebut sebagai Jurnalis fotografi, ialah pekerjaan yang mengalami era media cetak dan media online pastinya merasakan perbedaan dalam menghasilkan atau mempublikasikan hasil jepretannya.
Maka dari itu, perlu diselidiki dan dicari tahu lebih jauh lagi mengenai perbedaan signifikan terkait beban pekerjaan atau tanggung jawab yang dipikul jurnalis foto ketika berada di era media cetak dan media digital atau online.
Perbedaan era yang sangat jelas ini bisa saja memberikan dampak menguntungkan bahkan merugikan bagi para jurnalis.
Mereka yang wajib turun langsung ke lapangan, mempersembahkan berita melalui apa yang mereka temukan di lokasi kejadian perkara.
"Perbedaan mendasar ialah ritme kerja", ucap Hendra Setyawan sebagai salah seorang narasumber yang ahli di bidang jurnalis fotografi.
Beliau menapak karirnya sebagai jurnalis fotografi sejak tahun 2005 dan aktif hingga saat ini, khususnya sebagai photojournalist di Harian Kompas.
Tak lepas dari perbedaan ritme kerja yang dialaminya, Beliau juga merasakan secara langsung akan perubahan karakter foto dalam sebuah tema liputan.
(Selengkapnya klik disini)
Kegiatan yang dilakukan seorang journalis fotografi biasanya berkecimpung soal mengambil gambar yang kemudian juga harus mengandung unsur berita di dalamnya.
Namun, kecakapan jurnalis fotografi dalam mengambil gambar tidaklah cukup, ia juga harus memiliki ketelitian akan setiap foto yang diambil atau diunggahnya.
Foto-foto atau gambar yang dihasilkan harus memiliki kriteria penyampaian berita yang lengkap dan detail, gunanya ialah agar pembaca mampu menyerap informasi yang disampaikan.
Peralihan era media analog menuju media digital menjadi PR yang cukup mengejutkan bagi kalangan jurnalis dikarenakan perubahan cara kerja yang ternyata cukup berbeda.
Tetapi, dengan adanya tuntutan atau peraturan jenis pekerjaan yang baru ini, para jurnalis foto diajak untuk berkembang bersama dengan teknologi yang kian pesat dan canggih.
Kemudian, untuk memperjelas cara kerja jurnalis fotografi ialah dilihat dari bagaimana mereka bekerja dilapangan, kemudian mengedit dan segera mengirimkannya ke laman bernama newsroom.
Newsroom
Secara garis besar, newsroom atau ruang redaksi ialah sebuah ruang untuk meletakkan semua naskah berita yang akan diolah.
Para jurnalis menggunakan newsroom sebagai wadah atau tempat utama untuk meletakkan serta mengumpulkan berita yang akan diterbitkan atau dipublikasi dalam laman surat kabar.
Dalam newsroom sendiri, bahan berita sudah dalam bentuk siap tayang atau dengan kata lain ialah telah melalui proses penyuntingan.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. (2004). Foto Jurnalistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijaya, T. (2011). Foto Jurnalistik dalam Dimensi Utuh. Jakarta: Sahabat.
Soelarko, R. (1985). Pengantar Fotografi Jurnalistik. Jakarta: Karya Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H