Menurut Giddens, struktur dalam teori ini bukanlah struktur fisik atau struktur benda yang ada di luar individu. Namun, struktur tersebut sudah tertanam  di dalam diri individu, contohnya seperti norma dan aturan yang individu itu bawa begitu juga dengan sumber daya.
Selain itu, sebagai pelaku, nantinya kita harus menjadi reflective agent, artinya kita perlu memiliki kemampuan untuk berintrospeksi dan waspada. Kemudian, Giddens juga mengungkapkan bahwa ada tiga dimensi internal pelaku yang menjadi syarat agar dapat dikatakan sebagai agen, yaitu :
- Discursive Conciousness (kesadaran diskursif), yaitu sesuatu yang kita ketahui nantinya bisa kita artikulasikan.
- Practical Conciousness (kesadaran praktis), yaitu sesuatu yang kita ketahui mengenai dunia, tetapi tidak bisa kita artikulasikan.
- Unconsciousness Motive (motivasi tidak sadar), yaitu berasal dari kondisi yang tidak diketahui dari tindakan.
Konsep Kunci Strukturasi
Menurut Bernstein, tujuan teori strukturasi ialah untuk menjelaskan relasi dialektika dan saling mempengaruhi antara agen dan struktur. Jadi agen dan struktur itu bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi saling menyatu dan mempengaruhi. Hal itulah yang akhirnya disebut dengan konsep dualitas.Â
Dimana terdapat hubungan resiprokal (timbal balik), yaitu tindakan manusia mengkonstitusi struktur dan sebaliknya sosial struktur juga mengkonstitusi manusia. Dengan demikian, aktor dan struktur merupakan dualitas (kompromi) dan bukan dualisme (ketegangan).
Tiga Gugus Struktur
Terdapat tiga gugus struktur yang dapat disingkat menjadi SDL, yaitu :
- Signifikasi atau Penandaan, contohnya seperti penyebutan, simbolis, penanda, dan lainya.
- Dominasi atau Penguasaan, contohnya seperti ekonomi (barang) dan politik (orang).
- Legitimasi atau Pembenaran, yang mana terkandung skemata.
Kritik Terhadap Giddens
Menurut Daniel Ross (2002), walaupun strukturasi mengatasi berbagai kekurangan dalam berbagai pemikiran klasik, tetapi tetap saja teori strukturasi bukanlah jawaban yang memadai untuk tugas yang menantang teori sosial kontemporer.
Kemudian menurut Ian Craib (1992), Giddens memusatkan perhatiannya hanya pada tindakan sosial dan pemikiran Giddens juga kurang mempunyai kedalaman ontologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H