Mohon tunggu...
Yashifa Awaliyah
Yashifa Awaliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah seorang mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemikiran Sosiolog Klasik: Karl Marx dan Emile Durkheim

13 September 2022   07:57 Diperbarui: 13 September 2022   08:44 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karl Marx dan Emile Durkheim (sumber: biografiasyvidas.com)

 

Perlu kita ketahui, bahwa salah satu akar dalam mempelajari sosiologi ialah teori sosiologi. Teori sosiologi sendiri terbagi menjadi dua yaitu teori sosiologi klasik dan teori sosiologi modern. Akan tetapi, dalam pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai teori sosiologi klasik.

Pada dasarnya, teori sosiologi klasik merupakan suatu dasar atau pondasi awal dari perkembangan teori sosiologi. Selain itu, terdapat tokoh-tokoh penting dalam pencetusan teori sosiologi klasik, seperti Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. Namun, dalam artikel ini kita hanya akan membahas pemikiran dari dua tokoh yaitu Karl Marx dan Emile Durkheim. Yuk kita simak bersama.

Karl Marx ( 5 Mei 1818 -- 14 Maret 1883)

Karl Marx adalah seorang sosiolog yang lahir di kota Trier. Semasa hidupnya, Marx sudah membuat banyak karya besar seperti The Manifesto of The Communist Party (1948) dan Das Kapital (1867). Dalam penulisan dua karya tersebut Marx juga mendapat bantuan dari sahabat dekatnya yaitu Friedrich Engels. Bahkan keduanya seringkali disebut sebagai bapak pendiri komunisme.

Setelah kita mengetahui siapa itu Marx, kini saatnya kita membahas pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh Marx.

1. Dialektika Marx

Dialektika adalah kata yang berasal dari kata yunani yaitu "dialego" yang memiliki makna pembalikan atau perbantahan. Menurut Hegel, dialektika bisa diartikan sebagai tahapan afirmasi (tesis), pengingkaran (antithesis), dan akhirnya sampai kepada integrasi (sintesis). Namun, diantara pemikiran Hegel dan Marx terdapat sebuah perbedaan dalam prinsip ontologis dialektika. Dimana Hegel dengan Dialektika Ide menganggap dunia realitas adalah hasil dari dunia ide (kesadaran). Sedangkan Marx dengan Dialektika Materi menganggap dunia ide (kesadaran) adalah hasil dari dunia realitas.

2. Materialisme Historis dan Dialektis

Pada dasarnya, Marx sesungguhnya menentang pemikiran idealisme sebab unsur dalam idealisme seperti ide, pikiran, atau roh dianggapnya tidak bisa mengubah masyarakat. Oleh sebab itu, Marx menyampaikan pemikirannya bahwa yang bisa mengubah masyarakat adalah materialisme.

  • Materialisme Historis, merupakan sebuah interpretasi tentang kehidupan masyarakat berlandaskan pada materi. Asumsi yang mendasarinya yaitu terlihat dari cara individu dalam menyediakan kebutuhan material mereka, sejarah manusia yang digerakan oleh banyak kegiatan produksi (memenuhi kebutuhan), dan kekuatan produksi yang terletak pada alat, mesin, maupun pabrik.
  • Materialisme Dialektis, merupakan sebuah interpretasi atas fenomena alam yang terjadi berlandaskan pada materi. Asumsi yang mendasarinya yaitu benda adalah suatu kenyataan pokok yang objektif, pengetahuan realitas tidak dapat dipisahkan dengan kesadaran manusia, kenyataan obyektif merupakan penentu akhir terhadap ide, dan meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan. Selain itu, terdapat empat asas dalam materialisme dialektis yaitu gerak, berelasi, perubahan dari kuantitatif kepada kualitatif dan sebaliknya, serta kontradiksi.
  • Kerangka Struktur Masyarakat Marx

Dalam masyarakat harus dipahami ke dalam kerangka struktur yang terdiri dari suprastruktur (meliputi sosial, politik, budaya, kesenian, agama, dan pendidikan) dan infrastruktur (meliputi ekonomi atau determinisme ekonomi).

  • Manusia Menurut Marx

Dalam pemahaman Marx, manusia bukanlah suatu objek atau subjek yag saling terpisah, tetapi manusia adalah suatu objek sekaligus objek.

  • Masyarakat Menurut Marx

Dalam pemahaman Marx, masyarakat adalah suatu entitas materi dari formasi sosial dalam mode produksi yang khas. Marx juga membagi masyarakat menjadi 2 yaitu borjuis (kaum bermodal) dan proletar (kaum buruh). Kemudian, menurut Marx masyarakat ideal adalah masyarakat komunis.

3. Alienasi (Keterasingan Diri Manusia)

Menurut Marx, alienasi terjadi karena kapitalisme yang menguat hingga akhirnya membuat kaum borjuis semakin mengeksploitasi kaum proletar. Sehingga dari hal tersebut, Marx menyebutkan bahwa dari fenomena itu menimbulkan tiga alienasi bagi kaum proletar yaitu terasingkan dari diri sendiri, terasingkan dari orang lain, dan terasingkan dari produk yang dirinya hasilkan.

4. Komunisme Sosialisme 

Sosialisme adalah suatu paham yang hak milik pribadi dan pendistribusian atas hidup makmur bisa dikontrol secara bersama dan tidak secara individu atau kelompok tertentu saja. Sifat sosialisme ialah Utopis (sekadar mimpi tanpa tindakan). Kemudian komunisme adalah sosialisme yang bertindak dan diwujudkan. Dari adanya komunisme, kemudian kaum sosialis disebut kaum Utopis.


Emile Durkheim (15 April 1858-15 November 1917)

Semasa hidupnya, Durkheim sudah membuat banyak karya besar seperti The Devision of Labour in Society (1893), The Rules of Sociology Method (1895), Suicide (1897), dan The Elementary Forms of Religious Life (1912). Selanjutnya, setelah kita mengetahui beberapa karya besar Durkheim, kini saatnya kita membahas pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh Durkheim.

1. Fakta Sosial

Sebelum kita mengetahui apa itu fakta sosial, kita harus tahu dahulu apa yang dimaksud  masyarakat oleh Durkheim. Menurut Durkheim, masyarakat adalah sesuatu yang hidup dan bertingkah  laku lalu dihadapkan dengan fakta-fakta sosial yang seperti berada di luar individu. Lalu terdapat empat pilar pendukung masyarakat yaitu yang sakral serta propan, klasifikasi, ritus, dan ikatan solidaritas.

Setelah tahu apa itu masyarakat, kini kita akan membahas fakta sosial. Menurut Durkheim, fakta sosial terdiri dari struktur sosial (kelas, strata sosial, dan lainnya) dan institusi sosial (norma, hukum, nilai, dan lainnya). Fakta sosial memiliki sifat eksternal, koersif, menyebar, serta terpisah di luar individu. 

Dengan kata lain, fakta sosial tidak dapat dipahami melalui kegiatan spekulatif yang dilakukan dalam pemikiran manusia, tetapi fakta sosial itu dipahami melalui penyusunan data nyata yang dilakukan di luar pemikiran manusia.

Ranah fakta sosial juga terbagi menjadi dua yaitu fakta sosial material dan fakta sosial non-material. Untuk fakta sosial material terdiri dari sesuatu yang bisa diamati seperti bangunan, undang-undang, hukum, dan lainnya. Sedangkan fakta sosial non-material terdiri atas suatu fenomena yang hadir dalam kesadaran manusia seperti opini, moralitas, egoism, dan lainnya.

2. Solidaritas Sosial

Durkheim mengemukakan bahwa dengan adanya spesialisasi pembagian kerja membuat terjadinya perubahan dalam struktur sosial yang mana awalnya solidaritas mekanik menuju solidaritas organik. Menurut Durkheim, jika ingin melihat perkembangan masyarakat maka lihatlah dari bentuk solidaritas sosialnya.

Solidaritas sosial adalah suatu hubungan antara individu dan atau kelompok yang dilandasi pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkokoh dengan pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial terbagi menjadi dua yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. 

Untuk solidaritas mekanik itu terjadi pada masyarakat sederhana (pedesaan), ciri-ciri solidaritas ini ialah pembagian kerja masih rendah, individualisme rendah, dan kesadaran kolektif kuat. Sedangkan solidaritas organik itu terjadi pada masyarakat modern (perkotaan), ciri-ciri solidaritas ini ialah pembagian kerja tinggi, individualisme tinggi, dan kesadaran kolektif rendah.

3. Bunuh Diri (Suicide)

Pemikiran Durkheim mengenai bunuh diri pada dasarnya adalah rumusan dari salah satu karyanya yaitu "Suicide" (1897). Dalam hal ini, dijelaskan bahwa bunuh diri terjadi karena disebabkan oleh dua hal yaitu terlalu lemahnya solidaritas sosial atau terlalu eratnya solidaritas sosial. Angka bunuh diri pun berbeda-beda menurut tingkat integrasi dan regulasi sosialnya.

Dalam ranah bunuh diri, Durkheim mengemukakan ada 4 tipe bunuh diri, yaitu :

  • Bunuh diri egoistik

Tindakan bunuh diri yang terjadi karena disebabkan integrasi sosial yang lemah. Biasanya terjadi pada diri individu yang tertutup (introvert). Contohnya seorang karyawan yang introvert merasa tertekan dan tidak bisa mendapatkan sandaran, maka dia pun jadi depresi kemudian bunuh diri.

  • Bunuh diri anomik

Tindakan bunuh diri yang terjadi karena peraturan yang lemah dan hanya terpusat pada keadaan moral dimana individu akan kehilangan tujuan, cita-cita, dan merasa bingung dalam hidupnya. Contohnya mendadak jatuh miskin.

  • Bunuh diri altruistik

Tindakan bunuh diri yang terjadi karena disebabkan oleh integrasi sosial yang kuat. Selain itu, individu yang bunuh diri juga yakin jika dirinya mati nantinya akan menghasilkan sebuah kebaikan untuk lingkungan sosialnya. Contohnya Harakiri bagi masyarakat Jepang.

  • Bunuh diri fatalistik

Tindakan bunuh diri yang terjadi ketika nilai, norma, dan peraturan di masyarakat menekan, meningkat, dan terasa berlebihan. Contohnya himpitan ekonomi dan meningkatnya popularitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun