(AFR/02)
Garis besar yang menarik dari artikel ialah cerita unik mengenai cara mantan presiden kita, Abduraham Wahid atau Gus dur dalam menyampaikan kritikan melalui cerita-cerita anekdot. Cerita-cerita anekdot ini merupakan cara presiden Gus dur menyampaikan kritiknya dengan lucu, sesuai konteks, dan sopan. Anekdot mengenai Badan Intelijen Negara (BIN) pada masa orde baru merupakan salah satu contoh yang diterangkan dalam artikel, bahwa Gus dur mampu menyampaikan pendapatnya yaitu seorang intelijen tidak bisa membedakan antara berdoa dan berkomunikasi.Â
Untuk mengetahui keunikan-keunikan anekdot ini, kita perlu mengetahui lebih lanjut mengenai definisi anekdot. Menurut CNN Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Teks anekdot bukan hanya sekedar berisi humor atau lelucon, tetapi bisa saja memiliki makna tersirat sebagai kritik atau sindiran. Sedangkan, menurut detikedu, teks anekdot adalah cerita singkat yang didalamnya mengandung unsur lelucon, menarik, dan mengesankan.
Salah satu contoh anekdot adalah Â
Seorang wanita masuk bank dan berkata Ia ingin pinjam US$ 400 ribu selama 6 bulan. Kemudian, Ia menjaminkan mobil mewah Rolls Royce miliknya dan meminta bank menahan mobilnya itu sampai hutangnya lunas. Enam bulan kemudian, orang itu kembali ke bank, membayar US$ 400 ditambah US$10 bunga, dan mengambil kembali mobil Rollnya.
Lalu, petugas pinjaman bertanya kepadanya. "Mengapa orang yang mengendarai Roll Royce perlu pinjaman US$ 400 ribu?
Wanita menjawabnya, "Saya harus ke Eropa selama 6 bulan dan di mana lagi saya dapat menitipkan Rolls selama itu hanya US$10?".
Dengan cepat, si petugas bank melongo kemudian tertawa mengakui kecerdikan si pemilik Roll Royce itu.
Teks anekdot di atas menunjukkan sisi lelucon sebuah teks anekdot, di mana seorang wanita meminjam 400 ribu dolar, dan menjamin kan mobilnya hanya untuk di simpan agar sang ibu bisa berpergian ke Eropa dan menitipkan mobilnya hanya untuk 10 dolar Amerika.
Pada akhirnya, teks anekdot memiliki fungsi dominan sebagai teks yang membangkitkan tawa, akan tetapi terkadang juga memiliki fungsi sebagai teks yang mengandung materi tersirat sebagai sindiran atau kritik. Teks anekdot pada umumnya memang bercerita mengenai hal nyata, tetapi juga bisa mengenai hal yang tidak nyata, selama teks tersebut mengandung unsur-unsur lelucon maupun kritik dalam bentuk teks singkat.
Bila saya hubungkan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar, saya dapatkan bahwa teks anekdot ini mengajarkan bahwa dalam memberi saran atau kritik kita bisa lakukan dengan sopan atau dengan lelucon. Didalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali peristiwa di mana kita ingin mengkritik. Banyak peristiwa di mana kita ingin mengecam ataupun berkata secara blak-blakkan karena sebuah kesalahan orang lain.Â
Namun, pada akhirnya upaya seperti itu tidak akan membuahkan apa-apa. Teks anekdot ini mengajak kita semua untuk bisa menyampaikan sesuatu secara wajar dan seadanya. Tentu juga dengan mencairkan suasana melalui lelucon-lelucon yang ada.
Pada akhirnya, saya ingin menyimpulkan bahwa, melalui tanggapan terhadap artikel yang ditulis oleh Pak Ari Indarto. Saya mampu mempelajari teks anekdot dari sisi leluconnya dan dari sisi memberi kritiknya. Saya juga dapat mempelajari bahwa tidak semua teks anekdot memiliki penyampaian kritik, tetapi semua anekdot memiliki lelucon yang ingin disampaikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H