Mohon tunggu...
Yarifai Mappeaty
Yarifai Mappeaty Mohon Tunggu... Penulis - Laki

Keterampilan menulis diperoleh secara otodidak. Sejak 2017, menekuni penulisan buku biografi roman. Buku "Sosok Tanpa Nama Besar" (2017) dan "Dari Tepian Danau Tempe (2019).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerah Pada Akal Sehat Rocky Gerung

25 Februari 2019   22:37 Diperbarui: 7 Maret 2019   18:09 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang dimaksud dengan pembusukan Filsafat? Ekspektasi penulis mengikuti diskusi itu, adalah paling tidak, mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut untuk dibawa pulang. Selain itu, Penulis juga senang karena bakal bertemu Mochtar Pabottingi dan Goenawan Mohamad. Dua sosok legenda yang memiliki nama besar di jagad pemikiran Indonesia sejak 40 tahun lebih silam.

Dalam diskusi itu, Mochtar, sebagai pembicara pertama, lebih menekankan pada aspek etika memperbincangkan filsafat, terutama di ruang publik. Ia menganjurkan filsafat dipercakapkan dengan cara delibrasi. Yaitu, percakapan yang bebas tanpa tekanan, lapang dan tidak sesak.

Mochtar tidak setuju filsafat diperlakukan sebagaimana kaum sofis yang abai pada norma-norma yang hidup di masyarakat, bahkan sampai melabraknya. Namun, Mochtar terkesan sangat berhati-hati. Ia tampaknya enggan uraiannya diasosiasikan pada sosok tertentu yang dituding sebagai pelaku pembusukan filsafat.

Lantas, sofis itu siapa? Goenawan Mohamad, pembicara kedua, menjelaskan bahwa mereka adalah yang memiliki kepandaian bicara kosong, puitis, kata-katanya seolah-olah cerdas, pendek-pendek yang mengagumkan banyak orang. Padahal dalam suatu perdebatan yang lebih jauh, mereka hanya cemplang-cemplung. "Cemplungisme," kata Goenawan sinis, seolah ditujukan kepada sosok tertentu yang ia tidak sukai.

Kriteria sofis yang diajukan Goenawan tersebut, lantas mengingatkan penulis pada sosok pandai bicara, dulu, sewaktu masih belia di kampung. Sosok itu sangat suka berdebat dan mendebat. Dengan kemampuan lisan dan logika yang ia miliki, ia melabrak semua tatanan dan norma sosio kultural yang ada di masyarakat kala itu. Benar kata Mochtar, tidak menghargai kearifan lokal.

Selebihnya, seperti gambaran Goenawan. Hebatnya lagi, ia kadang mengajukan pertanyaan yang membuat dilematis. Di jawab salah, tidak dijawab juga salah. Celakanya, jawaban yang benar hanya berasal dari dirinya sendiri yang kadang tak sesuai nalar. Apakah sosok dengan ciri seperti itu yang dimaksud Goenawan yang melakukan pembusukan pada filsafat?

Oleh karena belum ada penjelasan secara eksplisit tentang apa yang dimaksud dengan pembusukan filsafat dan siapa yang telah melakukannya, maka, Akhmad Sahal yang berbicara setelah Goenawan, tampak berusaha sekuat tenaga menjelaskan dan meyakinkan audiens.

Menurutnya, pembusukan filsafat terjadi, manakala ada pihak mencoba mengklaim atau memonopoli filsafat secara sepihak untuk kepentingan tertentu. Untuk lebih jelasnya, Sahal, memberi contoh pembusukan yang terjadi pada Islam. Yaitu, manakala ada satu pihak mengklaim dirinya sebagai pembela Islam, maka pihak lain, bukan pembela Islam.  

Merasa berhasil meyakinkan audiens, Sahal lebih jauh memberi contoh dengan menyebut diksi "akal sehat". Diksi tersebut, oleh publik dipahami sebagai diksi milik Rocky Gerung. "Ketika ada pihak yang mengaku sebagai wakil akal sehat, misalnya, maka yang lain dianggap tidak sehat atau tidak berakal.

Di situ akal sehat mengalami pembusukan," ungkap Sahal kurang lebih dengan penuh percaya diri. Tidak salah lagi, para pegumul filsafat itu sedang "mengadili" Rocky, bahkan mencoba mendegradasinya melalui sebuah diskusi publik.

Donny Gahral yang tampil sebagai pembicara pamungkas. Selain hanya memaki dan mempertegas tudingan pada Rocky melakukan pembusukan filsafat,  jujur, tidak ada yang orisinil dalam uraiannya. Diksi-diksi yang ia gunakan, sudah identik dengan Rocky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun