Mohon tunggu...
Yarifai Mappeaty
Yarifai Mappeaty Mohon Tunggu... Penulis - Laki

Keterampilan menulis diperoleh secara otodidak. Sejak 2017, menekuni penulisan buku biografi roman. Buku "Sosok Tanpa Nama Besar" (2017) dan "Dari Tepian Danau Tempe (2019).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Marwah Kanjeng Dimas

24 Maret 2018   10:29 Diperbarui: 24 Maret 2018   11:02 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namun,  cara terbaik untuk memahami pandangan aneh tentang hubungan okultisme dan sains, adalah kembali kepada Francis Bacon, genius besar di balik revolusi sains Eropa. Bacon pun percaya sebagaimana Newton, bahwa terdapat perantaraan halus antara jiwa dan materi, perantaraan ini sama dengan yang ada dalam diri manusia yang tertutup dalam tubuh yang lebih tebal yang disebutnya "tubuh eteris". Ini menunjukkan bahwa betapa para pahlawan revolusi sains tersebut pun percaya dan tidak lepas dari pengaruh "local genius" mistisisme - okultisme yang hidup di Eropa pada masa itu, tulis Black.

Marwah memang bukan Newton. Tetapi uraian Black itu, setidaknya dapat mengantar kita untuk dapat memahami kalau kemudian Marwah, juga berinteraksi dengan okultisme dalam perjalanannya ke pelosok nusantara dalam usahanya mencari dan menemukan "local genius", demi menguatkan keyakinannya pada terwujudnya visi nusantara jaya 2045. Oleh karena itu, maka Marwah sama sekali tidak benar jika dianggap merendahkan kecerdasan intelektual yang begitu di dewakan.

Selain itu, situasi yang seolah-olah paradoks pada diri Marwah terkait dengan visinya tentang nusantara jaya 2045, mengingatkan kita pada George Washinton ketika terinisiasi oleh visi Amerika merdeka pada tahun 1752.  Yaitu, 24 tahun sebelum kemerdekaan Amerika yang dideklarasikan pada kongres kontinental kedua 4 Juli 1776. George Washinton menyusun visi besar Amerika berdasarkan petunjuk ajaran mistisisme - okultisme.

Tidak banyak yang mengetahui kalau sejarah awal Amerika Serikat,  pun sarat dengan nuansa magis. ini tidak terlepas dari sosok-sosok penganut mistisisme - okultisme yang tergabung dalam perkumpulan rahasia Fremasonry, seperti, selain George  Washinton, ada  Benjamin Franklin, Christopher Wren, John Evelyn, dan Thomas Paine yang kemudian dikenal sebagai nabi besar revolusi Amerika Serikat. Dari merekalah simbol-simbol Amerika dibuat dengan mengadaptasi tradisi Mesir kuno. Mulai dari bendera, uang kertas, hingga pembangunan Capitol yang berdasarkan petunjuk astrologi melalui perhitungan horoskop yang dilakukan sendiri oleh Washinton.

Demikian pula visi nusantara jaya 2045 yang diusung Marwah Daud, juga tak lepas dari pengaruh okultisme yang ia gali dari "local genius"  yang bertebaran di seluruh penjuru nusantara. Berbagai kearifan lokal yang ia temukan, kemudian disintesa ke dalam perspektif " rahmatan lil alamin". Perspektif inilah yang membuat penulis sehingga berpendapat  pada okultisme Marwah Daud bersumber pada "Allahu Akbar, Tuhan semesta alam".

Bahwa ada masalah hukum yang melibatkan Marwah terkait Kanjeng Dimas, tentu saja tidak bisa dielakkan. Biarkan hukum yang kita anut bekerja dengan caranya sendiri.

*) Ditulis pertama kali di Jakarta, Oktober 2016 dengan judul, " Saintisme dan Okultisme Marwah Daud pada Visi Nusantara Jaya yang dimuat di Edunews.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun