Dalam buku The Secret, law of attraction memaparkan bahwa bahasa pikiran adalah magnet. Apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita dapatkan. Dari Bill Gates sampai Tiger Woods mengakui hukum tarik menarik inilah yang menjadi resep dasar kesuksesan mereka.
Dalam pelatihannya, Zamil Azaini, Sang Inspirator Sukses Mulia, mengatakan bahwa jika anaknya mengucapkan hal negatif, ia akan menghentikan subsidi uang sakunya selama seminggu. “Hanya boleh ada kata-kata positif di rumah saya,” tegasnya. Jika saat bersama kawan ia terlibat pembicaraan yang negatif, ia akan pergi. “Merusak air dalam tubuh saya saja,” ujarnya sambil tertawa.
Air? Ya air. Terkait dengan pemrograman kepribadian, Zamil juga menganut law of attraction berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto. Emoto melakukan penelitian dengan membekukan air pada -25 derajat celcius. Kemudian Emoto bereksperimen dengan memberikan kata-kata, tulisan, dan doa terhadap air itu. Ajaibnya, setelah dua bulan percobaan, air yang ia berikan pesan positif terus-menerus, seperti “terimakasih” dan “cinta dan penghargaan”, berubah menjadi kristal segi enam yang merekah seperti keping salju. Sedangkan air yang ia berikan vibrasi negatif, seperti “Kamu membuatku muak”, molekulnya merubah air menjadi kristal buruk rupa.
Mari Bereksperimen
Dua ribu foto kristal air dalam buku “Hidden Message in The Watter” karya Dr. Masaru Emoto, dan fakta bahwa tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, menjadi bukti kekuatan bahasa dan bahwa manusia harus berhati-hati dengan inputnya.
Ini menjelaskan kenapa orang yang stres karena pikiran negatif rentan mengalami gangguan pencernaan, orang yang mudah tersinggung dapat mengidap insomnia, orang yang pesimis cenderung gagal, dan yang terakhir namun mungkin paling menakutkan, orang yang terlalu apatis bisa melemah vitalitasnya.
Bukankah para peneliti juga melakukannya terhadap tanaman? Bunga yang diberikan pesan positif secara kontinyu akan tumbuh segar, dan Anda bisa menebak apa yang terjadi pada tanaman yang diberikan pesan negatif.
Untuk membuktikannya Anda bisa melakukan eksperimen sendiri. Jika Anda enggan membekukan air dengan suhu minus 25 derajat celcius, atau khawatir tetangga memergoki Anda berbicara dengan pohon di halaman, Anda bisa bereksperimen, seperti yang sudah saya lakukan, dengan menggunakan nasi di dalam toples. Hasilnya? Setelah seminggu, nasi yang intens diberikan kata positif beraroma ragi dan bersih, sementara nasi malang yang diberikan kata negatif busuk dan menghitam.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “bahasa” sebagai “Ling sistem lambang bunyi berartikulasi yg bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran”. Sedangkan Kamus Webster mengungkapkan “languange” sebagai “kata-kata, ucapan, dan metode yang digunakan dan dipahami oleh masyarakat”. Keduanya merujuk kepada bahasa sebagai alat komunikasi.
Sementara orang-orang yang mengambil manfaat lebih besar dari bahasa, mendefinisikan “bahasa” juga sebagai alat pemrograman kepribadian. Sebab dengan memprogram kepribadian diri berarti manusia menjadi tuan bagi diri sendiri.
Peneliti bisa bereksperimen dengan air, dengan bunga, atau dengan nasi, namun sesungguhnya, setiap hari manusia bereksperimen dengan dirinya sendiri. Dengan posisi Bahasa Indonesia sebagai pemersatu 250 juta kepribadian dan 742 bahasa daerah, bukankah seharusnya manusia Indonesia berkepribadian kuat?