Mohon tunggu...
Yanuar Pramana
Yanuar Pramana Mohon Tunggu... Penerjemah - Pelajar

Gini aja orangnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film "Dilan 1990"

31 Maret 2021   10:51 Diperbarui: 31 Maret 2021   11:00 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

DILAN 1990

PAGI, Bandung 1990. Kabut tipis hadir di sela sinar matahari yang masih malu menampakan diri. Suara motor tua memecah keheningan di awal hari itu.

Milea (Vanesha Prescilla) berjalan kaki menuju sekolah. Sudah hampir dua minggu dia sekolah di SMA yang terletak di Buahbatu, Bandung tersebut.

Dia anak baru, pindahan dari Jakarta. Ibunya (Happy Salma) adalah orang Sunda, sedangkan ayahnya (M Farhan) seorang tentara dari Sumatera Barat. Milea tak pernah menyangka, pertemuan pertama dia dengan Dilan (Iqbaal Ramadhan) pagi itu akan mengubah hari-harinya.

Sosok Dilan dikenal badung di sekolah. Dia adalah panglima di geng motor terkenal di Bandung. Setiap ada kehebohan di sekolah, Dilan dan kawan-kawannya selalu menjadi biang onar.

Pernah suatu hari, Dilan dan kawan-kawannya mabal upacara. Akibatnya, guru BP, Suripto (Teuku Rifnu Wikana) menyetrap Dilan dkk. saat upacara masih berlangsung. Kelakuan bandel Dilan yang lain adalah merubuhkan dinding pembatas kelas, karena kelas dia dan Milea bersebelahan.

Mulanya, Milea tidak menganggap Dilan. Dia kerap judes saat harus berhadapan si peramal --sebutan Milea untuk Dilan-- itu. Apalagi, Milea punya pacar di Jakarta, Beni (Brandon Salim).

Namun, perhatian Dilan yang unik kepada Milea membuat gadis itu diam-diam memikirkan Dilan. Dilan menjadi sosok antimainstream di kehidupan Milea.

Latar Tempat : Sekolah (SMAN 20 BANDUNG), warung bi eem, dijalan buah batu, rumah milea, rumah bunda, braga, asia afrika, pasar gede bage, kampus ITB, jl.cibeunying

Latar Waktu : pagi, siang, sore dan malam

Latar Suasana : bahagia, sedih, tegang dan humoris

Tokoh: Dilan, milea, wati, beni, nandan, akew, susiana, rani, anhar, piyan, kang adi, bieem

Gaya bahasa :

Bahasa yang digunakan tidak menggunakan bahasa yang baku dan mudah dimengerti, tapi ada beberapa menggunakan bahasa sunda sebagai penguat karna berasal di daerah bandung.

alur : mundur, karena di film/buku seorang milea ini menceritakan masa lalunya ia pada saat sekolah pada jaman SMA nya bersama dilan.

kelebihan film: chemistry dalam film ini sangat kuat yang terbangun antara milea dan dilan, terlihat dari dialog-dialog dalam film yang bisa membuat kita senyum-senyum sendiri mendengarnya. dan juga menggunakan bahasa sehari hari yang membuat penonton lebih memahami isi film.

kekurangan film: Deskripsi mengenai tokoh kurang detail, seperti tinggi, rupa wajah warna kulit. Akhir dari film ini yang menggantung (meski bukan benar-benar yang terakhir, mengingat adanya buku yang kedua tahun 1991), tapi tetap membuat penasaran. Pada saat adegan milea mencium dilan yang di perlihatkan di warung bi eem kurang patut, seharusnya tidak perlu adegan seperti itu karena pacaran seperti itu sudah termasuk pacaran tidak sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun